REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Korban R (10 tahun) yang dicabuli gurunya di pesantren Riyadhul Jannah, Depok berharap ke depannya masih bisa melanjutkan sekolah. Hal ini dikarenakan setelah kejadian pencabulan, R harus putus sekolah untuk menjalani konseling demi menghilangkan trauma atas kejadian tersebut.
"Harapan kami terkait dengan korban tentu saja harapannya ingin melanjutkan pendidikan dengan baik di pondok pesantren. Tapi dengan adanya banyak kejadian sehingga harus putus, ya kami ingin ada perhatian sedikitnya dari pihak pemerintah paling tidak. Karena korban-korban yang lainnya pun bukan orang yang mampu untuk sekolah," jelas kuasa hukum yang mewakili korban dan keluarga korban, Alun Brahma Santi, Rabu (1/2/2023).
"Kami harapkan barangkali dari pihak pemerintah bisa membantu. Apalagi ada anak yatim piatu yang memang sangat membutuhkan, masih dibawah umur, masih bersekolah di tingkat dasar," tambahnya.
Alun kemudian menyebut bahwa kejadian ini telah menghancurkan masa depan korban. Menurutnya, sejak peristiwa pencabulan pada 2021 silam, korban masih mengalami trauma mendalam.
"Menghancurkan masa depan korban, menganggu psikis dan juga psikologinya sehingga mengalami trauma yang sangat besar kepada korban ini yang tentu saja tidak sebentar untuk memulihkan tekanan psikologi yang didapatkan oleh korban ini," ujarnya.
Sebelumnya, dalam pembacaan putusan Hakim Pengadilan Negeri (PN) Depok dijelaskan, korban R mengalami pencabulan pada 31 oktober 2021 sekitar pukul 01.30 WIB di Ponpes Riyadhul Jannah, Depok.
Pelaku Ahmad Fadhilah Ramadhan atau Ustadz Ramadhan kemudian ditangkap pada 22 Juli 2022 silam. Lalu pada 1 Februari 2023, Ustadz Ramadhan divonis 18 tahun hukuman penjara.