REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran Surah Al Baqarah ayat 221 memaparkan tentang keutamaan menikahi perempuan beriman meski dia seorang budak.
وَلَاَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّنْ مُّشْرِكَةٍ وَّلَوْ اَعْجَبَتْكُمْ ۚ
Allah SWT berfirman, "...Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu..."
Syekh Siddiq Hasan Khan Al Qonuji melalui kitab tafsirnya, Fathul Bayan fii Maqasid Al Qur'an, menjelaskan, budak perempuan yang beriman, sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut, merujuk pada budak wanita yang sudah merdeka.
Hal itu karena semua manusia adalah hamba Allah SWT. Berdasarkan ayat di atas, seorang perempuan yang beriman sekalipun ia hanyalah budak, itu lebih utama di sisi Allah SWT ketimbang perempuan musyrik. Keutamaan ini sangat jelas dalam ayat tersebut.
Ibn Arafa menyampaikan, penyebutan 'hamba sahaya perempuan yang beriman' di awal merupakan penekanan atau penegasan yang menafikan 'perempuan musyrik' yang letak penyebutannya ada di posisi selanjutnya.
Karena itu, secara mutlak, tidak ada kebaikan dalam diri perempuan musyrik.
Lantas bagaimana jika perempuan musyrik itu sangat menarik hati pria Muslim, baik dalam hal kecantikan, harta, keturunan maupun kehormatan?
Imam As-Suyuthi menyampaikan, perempuan musyrik yang dilarang untuk dinikahi adalah perempuan yang bukan ahli kitab. Larangan ini tidak merujuk pada perempuan ahli kitab, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Maidah ayat 5:
"...Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu..."
Terkait siapa yang dimaksud orang musyrik, mereka adalah orang yang menyekutukan Allah SWT, memuja berhala, dan meminta pertolongan kepada selain Allah misalnya meminta pertolongan dukun.
Tafsir Surah Al An'am ayat 100 menyatakan bahwa orang-orang musyrik menyembah berhala karena mereka mengikuti bisikan jin dan setan. Padahal mereka sudah mengetahui jin adalah ciptaan Allah SWT, maka seharusnya mereka sadar hanya Allah yang wajib disembah dan diikuti perintah-Nya.
"Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin sekutu-sekutu Allah, padahal Dia yang menciptakannya (jin-jin itu), dan mereka berbohong (dengan mengatakan), "Allah mempunyai anak laki-laki dan anak perempuan,” tanpa (dasar) pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka gambarkan." (QS Al An'am ayat 100)
Dalam ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa orang-orang musyrik menjadikan jin sekutu bagi Allah. Dikatakan demikian karena orang-orang musyrik itu meskipun kenyataannya menyembah berhala-berhala, namun pada hakekatnya mereka berbuat demikian karena mengikuti bisikan jin dan setan.