REPUBLIKA.CO.ID., ANKARA -- Turki saat ini tidak akan menyetujui pengajuan keanggotaan Swedia untuk bergabung dengan NATO, kecuali negara itu telah memenuhi kewajibannya dalam kesepakatan di Madrid tahun lalu, menurut Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Selasa (31//1/2023).
“Jika suatu hari nanti Swedia memenuhi kewajibannya, maka kami akan duduk bersama dan mempertimbangkannya. Tapi saat ini, tidak mungkin bagi kami untuk mengatakan ‘ya’ untuk keanggotaan Swedia di NATO dalam kondisi seperti ini,” kata Cavusoglu dalam konferensi pers bersama sejawatnya dari Hungaria Peter Szijjarto di Budapest.
Turki menunda pertemuan tiga arah berikutnya yang dijadwalkan pada Februari di Brussel dengan Swedia dan Finlandia, kata Cavusoglu, karena semuanya harus "transparan".
Pada Jumat, politikus sayap kanan Denmark-Swedia Rasmus Paludan membakar salinan Alquran di depan sebuah masjid di Denmark.
Perilaku Islamofobia ini dilakukannya beberapa hari setelah Paludan membakar salinan Alquran di luar Kedutaan Besar Turki di Swedia selama aksi protes yang disetujui polisi.
Hungaria: Penghinaan pada kitab suci agama lain sama sekali tak dapat diterima
Szijjarto juga mengkritik serangan terhadap Alquran, dengan mengatakan: "Sebagai seorang pemeluk agama Kristen, sebagai seorang Kristen Katolik yang taat, [saya memandang] tindakan membakar dan menghina kitab suci agama lain sama sekali tidak dapat diterima."
Dia menambahkan, "Saya minta maaf, tetapi menyebut pembakaran kitab suci agama lain sebagai kebebasan adalah sebuah omong kosong."
Sementara itu, Paludan mengumumkan akan membakar kitab suci umat Islam setiap hari Jumat hingga Swedia masuk dalam aliansi NATO.
Swedia dan Finlandia secara resmi mendaftarkan diri untuk bergabung dengan NATO pada Mei tahun lalu, sebuah keputusan yang dipicu oleh perang Rusia di Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari 2022.
Di bawah kesepakatan yang ditandatangani pada Juni lalu antara Turki, Swedia, dan Finlandia, kedua negara Nordik berjanji untuk mengambil langkah-langkah melawan kelompok teroris untuk mendapatkan keanggotaan mereka dalam aliansi NATO.
Dalam perjanjian tersebut, Swedia dan Finlandia sepakat untuk tidak memberikan dukungan kepada kelompok teroris seperti PKK dan perpanjangannya, dan Organisasi Teroris Fetullah (FETO), dan mengekstradisi tersangka teroris ke Turki.
Kesepakatan bulat dari semua anggota NATO – termasuk Turki, anggota selama lebih dari 70 tahun, diperlukan agar setiap anggota baru dapat diterima bergabung ke dalam aliansi.
Turki mengatakan kepada negara-negara itu, khususnya Swedia, perlu berbuat lebih banyak lagi, terutama setelah aksi provokasi yang dilakukan teroris dan pembakaran salinan Alquran di Stockholm.