Kamis 02 Feb 2023 13:25 WIB

Korut: Latihan Militer AS-Korsel Bisa Ubah Kawasan Jadi Zona Perang

Latihan AS dan Korsel bisa ubah kawasan menjadi zona perang dan gudang senjata perang

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Dalam foto yang disediakan oleh Kementerian Pertahanan Korea Selatan ini, pesawat pengebom B-52 A.S., C-17 dan F-22 Angkatan Udara A.S. terbang di atas Semenanjung Korea selama latihan udara bersama di Korea Selatan, Selasa, 20 Desember 2022. Amerika Serikat menerbangkan pesawat pengebom berkemampuan nuklir dan jet siluman canggih untuk unjuk kekuatan melawan Korea Utara pada hari Selasa, ketika saudara perempuan kuat pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mencemooh keraguannya. militer negara dan mengancam uji coba rudal balistik antarbenua jarak penuh.
Foto: South Korean Defense Ministry via AP
Dalam foto yang disediakan oleh Kementerian Pertahanan Korea Selatan ini, pesawat pengebom B-52 A.S., C-17 dan F-22 Angkatan Udara A.S. terbang di atas Semenanjung Korea selama latihan udara bersama di Korea Selatan, Selasa, 20 Desember 2022. Amerika Serikat menerbangkan pesawat pengebom berkemampuan nuklir dan jet siluman canggih untuk unjuk kekuatan melawan Korea Utara pada hari Selasa, ketika saudara perempuan kuat pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mencemooh keraguannya. militer negara dan mengancam uji coba rudal balistik antarbenua jarak penuh.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Kementerian Luar Negeri Korea Utara (Korut) mengatakan latihan Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya mengancam situasi di semenanjung ke "garis ekstrem". Menurut Pyongyang latihan tersebut dapat mengubah kawasan menjadi "zona perang dan gudang senjata perang,"

Dalam pernyataan yang dipublikasikan kantor berita KCNA, Pyongyang mengatakan tidak tertarik menggelar dialog selama Washington menerapkan kebijakan hostile atau memusuhi.

Baca Juga

"Situasi politik dan militer di Semenanjung Korea dan di kawasan mencapai garis batas ekstrem karena manuver militer konfrontatif dan aksi hostile AS dan pasukan angkatan lautnya," kata juru bicara kementerian luar negeri Korut yang tidak disebutkan namanya, Kamis (2/2/2023).

Gedung Putih menolak pernyataan Pyongyang dan menegaskan kesediaan untuk bertemu diplomat-diplomat Korut "di waktu dan tempat yang tepat bagi mereka."

"Kami sudah menegaskan kami tidak memiliki niat memusuhi DPRK (Korut) dan mencari diplomasi yang berkelanjutan dan serius untuk mengatasi berbagai isu yang dikhawatirkan kedua negara dan kawasan," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.

Dalam pernyataannya Korut menyinggung kunjungan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin ke Seoul, Korea Selatan (Korsel) pekan ini. Austin dan Menteri Pertahanan Korsel berjanji memperluas latihan militer dan mengerahkan lebih banyak "aset strategis" seperti kapal induk dan bomber jarak-jauh untuk menghadapi senjata Korut dan mencegah perang.

"Ini ekspresi yang jelas dari skenario berbahaya AS yang akan mengubah semenanjung Korea menjadi zona perang yang lebih kritis dan gudang senjata besar," kata Korut.

Dalam pernyataan itu Pyongyang mengatakan mereka akan merespon setiap pergerakan militer AS dan memiliki strategi penangkal. "(Seperti) pasukan nuklir yang sangat besar," katanya.

AS menempatkan lebih dari 28.500 pasukan di Korsel sebagai warisan Perang Korea tahun 1950 sampai 1953. Secara teknis kedua negara Korea masih berperang karena perang itu diakhiri gencatan senjata bukan perjanjian damai.

"Kami menolak gagasan latihan gabungan kami dengan mitra di kawasan sebagai bentuk provokasi, ini merupakan latihan rutin yang sepenuhnya konsisten dengan latihan di masa lalu," kata Gedung Putih dalam pernyataannya.

Jumlah uji coba senjata nuklir Korut tahun lalu tembus rekor meski sudah dilarang Dewan Keamanan PBB. Korut juga dilaporkan membuka kembali lokasi untuk menguji senjata nuklir.

Hal ini meningkatkan spekulasi Pyongyang akan menggelar uji coba nuklir pertamanya sejak 2017.

Menteri Luar Negeri Korsel Park Jin bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di New York, AS, Rabu (1/2/2023) kemarin. Ia meminta PBB terus memperhatikan provokasi Korut dan berusaha untuk menerapkan sanksi-sanksinya ke negara itu.

Guterres mengatakan setiap kali Korut menggelar uji coba senjat anuklir akan menjadi pukulan bagi keamanan regional dan internasional. Ia juga menegaskan kembali dukungannya pada perdamaian abadi di Semenanjung Korea.

Dalam pernyataannya Kementerian Luar Negeri Korsel mengatakan selama kunjungan empat hari itu Park jin juga akan bertemu Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Washington.

AS dan Korsel menggelar latihan udara besar dengan pesawat bomber AS B-1B dan pesawat siluman F-22 serta pesawat jet F-35 dari kedua negara.

"Latihan udara gabungan kali ini menunjukkan niat dan kemampuan AS untuk memberikan pencegahan yang kuat dan kredibel tehradap ancaman rudal dan nuklir Korea Utara," kata Departemen Pertahanan AS dalam pernyataannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement