Pengamat: Kompetisi Liga 2 dan 3 Harus Bergulir Kembali
Red: Fernan Rahadi
Salah satu pertandingan Liga 2 Indonesia (ilustrasi). | Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kompetisi Liga 2 dan Liga 3 Indonesia musim 2022/2023 telah dihentikan sejak akhir tahun lalu. Dihentikannya dua kompetisi tersebut dinilai memiliki banyak konsekuensi bagi para stakeholder.
"Tentunya konsekuensinya berdampak pada seluruh jajaran, baik klub (manajemen), investor, pelatih, pemain, penonton, staf. Karena mereka pasti memiliki kebutuhan hidup, mereka juga orang-orang yang memiliki keluarga," kata pengamat sepak bola nasional, Imanuel Juliman, kepada Republika, Rabu (2/2/2023).
Menurut Imanuel, ketidakberlangsungan Liga 2 dan Liga 3 tidak hanya berdampak pada para pemain dari sisi materi, akan tetapi juga dari sisi fisik dan psikologis mereka. "Tentunya jika kompetisi berhenti terlalu lama, kondisi fisik mereka juga tak akan sama lagi seperti saat masih merumput," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia, dua kompetisi kasta kedua dan ketiga Indonesia tersebut harus bergulir kembali. Apalagi Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali agar Liga 2 dilanjutkan.
"Saya kira penting sekali memperhatikan ultimatum Presiden. Apalagi prestasi tim nasional sepak bola Indonesia sebenarnya sedang bagus, jadi sayang apalagi kompetisi kita disetop. Terlebih lagi, sepak bola adalah olahraga yang dicintai masyarakat Indonesia," tuturnya.
Imanuel tak menampik jika penghentian Liga 2 dan Liga 3 tak terlepas dari insiden di Stadion Kanjuruhan yang mempermalukan Indonesia di mata dunia. Namun, menurut dia solusinya adalah meningkatkan keamanan menonton di stadion, bukan menghentikan kompetisi.
Karena bagaimanapun, kata dia, suporter adalah bagian dari sepak bola. Jadi yang perlu kita tingkatkan adalah edukasi terhadap suporter. Ia yakin tidak ada satu pun tim yang mendukung kekerasan para suporternya.
"Jadi mohon para suporter agar tertib dan kondusif, supaya sepak bola yang seharusnya menjadi hiburan tidak menjadi ajang kekerasan," ungkapnya.