Kamis 02 Feb 2023 18:28 WIB

Gereja Koptik Mesir Gelar Misa Pertama di Arab Saudi

Sekitar tiga juta orang Mesir bekerja di Arab Saudi.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Sala satu bangunan gereja Ortodoks Koptik di di New Administrative Capital (NAC), sebelah Timur Kota Kairo, Mesir. Gereja Koptik Mesir Gelar Misa Pertama di Arab Saudi
Foto: Ahram
Sala satu bangunan gereja Ortodoks Koptik di di New Administrative Capital (NAC), sebelah Timur Kota Kairo, Mesir. Gereja Koptik Mesir Gelar Misa Pertama di Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gereja Koptik Mesir mengadakan misa pertama di Arab Saudi bertepatan dengan Natal Gereja.

Dilansir di The New Arab, Kamis (2/2/2023), umat Ortodoks Koptik Mesir mengadakan serangkaian misa untuk pertama kalinya di Arab Saudi dalam rangka Natal Koptik, sebagaimana situs web Copts United melaporkan, awal pekan ini.

Baca Juga

Uskup Morcos (atau Mark), Metropolitan Shubra al-Kheima, memimpin misa di beberapa kota Saudi termasuk Riyadh dan Jeddah. Misa diakhiri dengan Liturgi Ilahi pada Malam Natal. iassa berlangsung dengan persetujuan dan sponsor dari otoritas Saudi dan dihadiri oleh orang Kristen Mesir dan Eritrea.

Dalam edisi terbarunya, Al-Keraza, majalah resmi Gereja Koptik di Mesir, berterima kasih kepada duta besar Saudi untuk Kairo yang telah memfasilitasi kunjungan tersebut. Kristen Ortodoks Koptik membentuk sekitar 10 persen dari populasi Mesir dan merupakan komunitas Kristen terbesar di Timur Tengah.

Sekitar tiga juta orang Mesir bekerja di Arab Saudi, banyak dari mereka merupakan komunitas Koptik. Negara Teluk, bagaimanapun, memiliki aturan ketat tentang praktik keyakinan non-Islam dan tidak mengizinkan pembangunan gereja atau bangunan keagamaan non-Islam lainnya. Aturan ini mengikuti konvensi yang telah berusia berabad-abad.

Di bawah kepemimpinan de facto Putra Mahkota Mohammed bin Salman, Arab Saudi dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami liberalisasi sosial, dengan banyak pembatasan pakaian, hiburan, dan pariwisata dilonggarkan.

Tapi ini belum dibarengi dengan reformasi politik dan ribuan pembangkang dan aktivis telah ditangkap dan mendekam di penjara. Oktober lalu, 10 warga Mesir dijatuhi hukuman hingga 18 tahun penjara karena mencoba menyelenggarakan peringatan perang Arab-Israel 1973.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement