REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Amerika Serikat (AS) dan Filipina mengumumkan pada Kamis (2/2/2023), rencana memperluas kehadiran militer AS di negara Asia Tenggara itu. Kesepakatan dicapai saat Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin berada di Filipina untuk membicarakan tentang pengerahan pasukan dan senjata AS di lebih banyak pangkalan militer.
Kedua negara memutuskan mempercepat implementasi penuh Perjanjian Kerja Sama Pertahanan yang Ditingkatkan (EDCA). Program ini bertujuan mendukung pelatihan, latihan, dan interoperabilitas gabungan.
Sebagai bagian dari perjanjian, AS mengalokasikan 82 juta dolar AS untuk perbaikan infrastruktur di lima lokasi EDCA saat ini. Selain itu, memperluas kehadiran militernya ke empat lokasi baru di wilayah strategis Filipina.
Dalam kunjungan ini, menurut Komandan Militer Regional Filipina Letnan Jenderal Roy Galido, Austin mengunjungi Kota Zamboanga selatan dan bertemu para jenderal Filipina serta kontingen kecil pasukan kontraterorisme AS.
Lebih dari 100 personel militer AS memberikan nasihat intelijen dan pertempuran selama bertahun-tahun kepada pasukan Filipina yang memerangi pemberontakan yang telah jauh berkurang tetapi tetap jadi ancaman utama.
Pasukan AS diberikan akses ke lima pangkalan militer Filipina sehingga dapat dirotasi tanpa batas waktu di bawah pakta pertahanan EDCA 2014.
Pada Oktober, AS mencari akses untuk mendapatkan lebih banyak pasukan dan senjatanya di lima pangkalan militer tambahan, sebagian besar di utara. Permintaan itu menjadi agenda utama dalam kunjungan Austin kali ini.
"Kunjungan Menteri Austin jelas berkaitan dengan banyak diskusi yang sedang berlangsung di situs EDCA,” kata Duta Besar Filipina untuk AS Jose Romualdez dalam jumpa pers.
Romualdez menyatakan, Austin dijadwalkan mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Filipina Carlito Galvez Jr dan Penasihat Keamanan Nasional Eduardo Ano. Austin juga akan berbincang dengan Presiden Ferdinand Marcos Jr.