REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Drone bersenjata Israel menggunakan bom gravitasi yang tidak menimbulkan suara atau asap saat jatuh sehingga menyulitkan musuh mengantisipasi atau menghindarinya. Militer Israel mengatakan, model drone yang terbesar dapat membawa satu ton amunisi.
Setelah dua dekade dirahasiakan, pada Juli tahun lalu Israel mengungkapkan keberadaan drone bersenjatanya. Pada November lalu, seorang jenderal Israel mengungkapkan korps angkatan udara dan artileri menggunakan sistem ini dalam pertempuran.
Drone yang dikendalikan dari jarak jauh digunakan untuk menjatuhkan bom atau melaksanakan misi pengintaian. Drone jenis ini berbeda dari drone kamikaze yang digunakan menyerang pabrik pertahanan Iran di Provinsi Isfahan.
Baca juga : Uni Eropa tidak Tawarkan Keanggotaan Jalur Cepat kepada Ukraina
Seorang perwira militer Israel mengatakan, armada drone bersenjata termasuk yang berukuran sebesar pesawat penumpang Heron TP ini diproduksi perusahaan Israel Aerospace Industries Ltd dan Elbit Systems Ltd.
"Drone tebesar yang IDF (Angkatan Bersenjata Israel) miliki, yang dapat membawa amnusi, dengan muatan efektif hingga satu ton," kata perwira tersebut, Kamis (2/2/2023).
Manufaktur Israel tidak mempublikasikan kemampuaan drone bersenjata. Seorang sumber dari industri pertahanan mengatakan, kebijakan Departemen Pertahanan Israel merahasiakannya.
Perwira yang tidak disebutkan namanya mengatakan, penjualan drone pembawa bom akan dilakukan antarpemerintah. Sehingga tidak dibutuhkan publikasi.
Perwira tersebut mengatakan, semua amunisi drone itu diproduksi Israel. "(Dan) dapat jatuh bebas dan mencapai kecepatan suara," katanya.
Baca juga : Saham Energi Ini Masih Berpotensi Cuan saat Harga Batu Bara Turun
Perwira itu menolak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai amunisi drone. Ia mengatakan, berdasarkan rancangannya ketika drone bersenjata itu menyerang "tidak ada yang mendengarnya, tidak ada yang melihatnya datang."
Hal ini dapat diasumsikan, drone dapat terbang cukup tinggi hingga suara baling-balingnya tidak dapat didengar di daratan.
Dalam perang musim dingin seperti perang Gaza pada 2008 sampai 2009, drone terbang di bawah awan agar kamera target mereka dapat bekerja. Sehingga suara baling-balingnya terdengar.