Benahi Hulu Sungai Semarang, Perlu Dibangun Konstruksi Sabo Dam
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Pengendara motor melaju di jalan yang terendam banjir di Jalan Gajah Raya, Kota Semarang, Jawa Tengah. | Foto: ANTARA/Aji Styawan
REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang telah menampung sejumlah usulan serta masukan guna menangani problem banjir di kawasan hulu sejumlah sungai yang bermuara di wilayah Kota Semarang, Jawa Tengah.
Seperti diketahui, problem lingkungan di kawasan hulu telah mengakibatkan sejumlah sungai di wilayah Semarang mengalami penurunan kemampuan akibat tingginya sedimentasi.
Sehingga beberapa lingkungan permukiman yang berada dekat dengan bantaran sungai jamak mengalami banjir bandang. Baik oleh limpasan air sungai maupun tanggul jebol akibat tidak mampu menahan debit air sungai yang melonjak saat curah hujan tinggi.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang, Iswar Aminuddin mengungkapkan, guna megatasi banjir akibat problem di kawasan hulu ada beberapa langkah yang sangat mendesak untuk dilakukan.
Seperti memastikan pengembangan kawasan permukiman (perumahan) tidak membatasi ruang gerak sungai, yang pada akhirnya akan membawa dampak bencana yang lebih luas lagi bagi masyarakat.
“Selain itu juga penanganan komperehensif dari hulu sampai ke hilir, seperti halnya Sungai Babon yang hulunya ada di wilayah Kabupaten Semarang,” ungkapnya, di Semarang.
Terkait dengan penanganan ini, masih jelas sekda Kota Semarang, memang sudah ada sejumlah usulan dalam upaya menangani permasalahan yang terjadi di kawasan hulu Sungai Babon.
Usulan-usulan ini akan disampaikan kepada pemerintah pusat dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng, karena memang sungai ini mengalir lintas daerah dan sungainya berada di bawah kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS Pemali Juwana).
Misalnya, bagaimana mengurangi energi sungai ini agar air yang langsung mengalir ke Semarang daya rusaknya bisa diminimalkan di wilayah hulu, dengan membuat konstruksi semacam dam sabo seperti di aliran sungai yang berhulu di lereng Gunung Merapi.
Jadi dibuat semacam groundsill-groundsill untuk menahan supaya saat sungai berarus deras yang mengalir dari kawasan hulu, energinya dapat dikurangi ketika sampai di Kota Semarang.
Karena kalau melihat karakter wilayah di sekitar sungai di kawasan hulu di Semarang cukup susah untuk membuat dam. “Kondisnya tidak seperti di Jatibarang yang banyak cekungan yang bisa dibuat bendungan untuk menahan air,” tegas Iswar.
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu sebelumnya juga menegaskan, untuk mengurangi dan mengatasi problem Sungai Babon perlu dirumuskan bersama-sama oleh seluruh stakeholder terkait.
Baik Pemkot Semarang, Pemkab Semarang, Dinas Pusdataru, serta BBWS selaku pemangku kewenangan sungai. Tetapi dalam situasi saat ini akan terlalu panjang untuk menunggu perumusan solusi.
Karena ada kajian dan seterusnya hingga nanti ada lelang. Maka yang perlu dilakukan sedini mungkin adalah antisipasi jangka pendek mengingat cuaca masih musim penghujan.
“Salah satu yang dilakukan adalah pengerukan sedimentasi sungai di wilayah Kota Semarang agar sungai optimal dalam menampung air,” tegasnya.