Jumat 03 Feb 2023 12:09 WIB

AS Kirim Bom Jarak Jauh ke Ukraina

Jangkauan senjata yang akan dikirim AS dua kali lebih jauh dari senjata sebelumnya.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
 Presiden AS Joe Biden (kanan) mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) di Oval Office Gedung Putih, di Washington DC, AS, 21 Desember 2022 di Washington. Setelah berbulan-bulan menolak akhirnya Amerika Serikat (AS) setuju mengirimkan bom jarak jauh ke Ukraina.
Foto: EPA-EFE/Oliver Contreras
Presiden AS Joe Biden (kanan) mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) di Oval Office Gedung Putih, di Washington DC, AS, 21 Desember 2022 di Washington. Setelah berbulan-bulan menolak akhirnya Amerika Serikat (AS) setuju mengirimkan bom jarak jauh ke Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Setelah berbulan-bulan menolak akhirnya Amerika Serikat (AS) setuju mengirimkan bom jarak jauh ke Ukraina. Tepat saat Kiev bersiap meluncurkan serangan musim gugur untuk merebut kembali wilayah yang diduduki Rusia tahun lalu.

Sejumlah pejabat pemerintah AS mengkonfirmasi jangkauan senjata yang akan dikirimkan dua kali lebih jauh dari senjata yang dipasok sebelumnya. Beberapa pejabat AS mengatakan Washington akan memberikan bom peluncur darat diameter kecil itu dalam paket bantuan militer senilai 2,17 miliar dolar AS yang akan diumumkan Jumat (3/2/2023).

Baca Juga

Dalam paket itu juga untuk pertama kalinya AS mengirimkan perangkat yang terkoneksi dengan semua sistem pertahanan udara negara-negara Barat yang dikirim ke medan perang dan mengintegrasikannya dengan pertahanan udara Ukraina. Sebagai upaya meningkatkan pertahanan dari serangan rudal Rusia.

Selama berbulan-bulan pemerintah AS ragu untuk mengirimkan sistem jarak jauh ke Ukraina karena khawatir digunakan untuk menyerang wilayah di dalam Rusia sehingga meningkatkan eskalasi konflik dan menyeret AS lebih jauh ke dalam konflik.

Bom jarak jauh merupakan persenjataan canggih terbaru setelah tank Abrams dan sistem rudal Patriot yang AS setuju kirim ke Ukraina setelah menolaknya. Tapi pemerintah AS masih menolak permintaan Ukraina untuk mengirimkan pesawat tempur.

Pemimpin-pemimpin Ukraina sudah lama meminta senjata jarak yang lebih jauh. Pejabat pemerintah Ukraina mengatakan AS akan mengirimkan bom peluncur darat diameter kecil. Tapi tidak disebutkan berapa jumlahnya. Jangkauan sistem itu mencapai 150 kilometer.

Pejabat Ukraina itu tidak dapat disebutkan namanya karena tidak berwenang menyampaikan detail paket bantuan yang belum resmi diumumkan. Sampai saat ini rudal yang AS kirimkan hanya dapat mencapai 80 kilometer.

Pendanaan paket bantuan terbaru adalah pembelian jangka panjang. Sehingga masih belum jelas berapa lama bom itu dapat tiba di Ukraina.

Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan negaranya siap menawarkan jaminan pada mitra-mitra Barat bahwa senjata mereka tidak akan digunakan untuk menyerang wilayah teritorial Rusia. Ia menambahkan Kiev membutuhkan senjata dengan jangkauan hingga 300 kilometer untuk memukul mundur pasukan Rusia.

"Bila kami dapat menyerang dengan jarak hingga 300 kilometer, tentara Rusia tidak dapat membangun pertahanan dan harus mundur," kata Reznikov dalam rapat dengan pejabat Uni Eropa, Kamis (2/2/2023).

"Ukraina siap untuk memberikan jaminan apapun, senjata-senjata anda tidak akan terlibat dalam serangan di teritorial Rusia, kami memiliki cukup banyak target di daerah pendudukan di Ukraina, dan kami siap mengkoordinasikan target-target (ini) dengan mitra kami," katanya.

Paket bantuan AS termasuk amunisi senilai 425 juta dolar dan peralatan dukungan yang akan diambil dari persediaan gudang Pentagon dan pendanaan baru sebesar 1,75 miliar dolar melalui Inisiatif Bantuan Keamanan Ukraina yang digunakan membeli senjata baru.

Anggaran inisiatif bantuan itu akan digunakan untuk membayar bom jarak jauh, integrasi sistem pertahanan udara, dua sistem pertahanan udara HAWK, senjata anti pesawat dan amunisinya dan sistem anti-drone.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement