Jumat 03 Feb 2023 15:24 WIB

Pendanaan Smelter Sulit, Menteri ESDM: Harga Komoditas Naik, ke Mana Duitnya?

Alasan pendanaan tak menjadi alasan pengusaha tidak melakukan hilirisasi.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Aktivitas tungku smelter nikel di PT VDNI di kawasan industri di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Jumat (9/9/2022). Smelter nikel yaitu PT VDNI dan PT OSS yang berada di kawasan tersebut mengadopsi teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) untuk memproses nikel dan AOD furnace ke produk akhir yaitu stainless steel.
Foto: ANTARA /Jojon
Aktivitas tungku smelter nikel di PT VDNI di kawasan industri di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Jumat (9/9/2022). Smelter nikel yaitu PT VDNI dan PT OSS yang berada di kawasan tersebut mengadopsi teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) untuk memproses nikel dan AOD furnace ke produk akhir yaitu stainless steel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyusul rencana Presiden RI Joko Widodo untuk menghentikan ekspor komoditas mineral menuntut perusahaan harus melakukan hilirisasi. Sayangnya, pengusaha kesulitan mendapatkan pendanaan.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menilai alasan tersebut tak lantas menjadikan pengusaha pertambangan tak melakukan hilirisasi. Menurut Arifin kenaikan harga komoditas kemarin cukup membuat pengusaha mengeruk keuntungan.

Baca Juga

"Itu sudah kami hitung kemampuan investasinya sebenernya. Lagipula, kemarin harga komoditas bagus ke mana dananya? Ya harusnya untuk investasi dong," ujar Arifin saat ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (3/2/2023).

Arifin pun tetap mendorong pengusaha bisa melakukan investasi hilirisasi. Hal ini juga untuk mendorong nilai tambah bagi negara.