REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan dan FKM UI telah mengelar survei serologi SARS Cov-2 Nasional yang dilakukan setahun secara panel. Hasil dengan waktu pengumpulan pada Januari 2023 ini menyebut, jika proporsi penduduk yang mempunya antibodi SARS Cov-2 nasional pada Januari 2023 mencapai 99 persen.
“Jumlah ini naik dari Juli 2022 sekitar 98,5 persen dan Desember 2021 87,9 persen,” kata Kepala BKPK Kemenkes Syarifah Liza Munira kepada awak media di Kemenkes, Jakarta, Jumat (3/2/2023)
Menurutnya, persentase antibodi kian meningkat pesat setelah ada vaksinasi ketiga atau booster. Secara angka, kata Liza, kadar antibodi pada masyarakat meningkat sekitar 1,5 kali lipat dibanding sebelumnya. “Kalau Juli 2022 sebesar 2.095, di Januari 2023 meningkat jadi 3.207,” ujarnya.
Dijelaskan Liza, studi yang dilakukan dengan FKM UI itu dilakukan di 34 provinsi dan 99 kota atau kabupaten. Menurutnya, survei dilakukan secara panel atau mengikuti orang yang sama sejak 2021
Menyoal tingginya antibodi masyarakat dan ajakan untuk booster kedua bagi umum dewasa, Liza menyebut hal itu memang masih disarankan. Namun demikian, dia menyebut jika hasil 99 persen tersebut merupakan proporsi penduduk yang memiliki antibodi.
Liza mengingatkan, vaksin booster yang menyebabkan tingginya angka itu belum bisa mencegah transisi, melainkan hanya mencegah keterparahan kondisi. Sehingga, vaksinasi booster dinilainya masih diperlukan
“Jadi apakah masih penting untuk dilengkapi (booster kedua), jelas iya,” katanya. Selain untuk meningkatkan antibodi lebih jauh, dia menyebut jika booster kedua bisa mencegah keterparahan.