REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU — Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menyebut stok beras di gudang petani masih tersedia dan akan dikeluarkan menjelang panen. Harga beras yang naik di pasaran belakangan ini pun diperkirakan akan turun lantaran akan masuk masa panen padi.
Menurut Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang, para petani yang memiliki area sawah luas selama ini menyimpan gabah di gudang mereka. Simpanan gabah dikeluarkan secara bertahap sesuai kebutuhan dan kondisi harga gabah di lapangan.
“Stok di gudang petani itu tidak terdata oleh pemerintah. Selama ini pemerintah hanya melihat stok di gudang Bulog saja. Akhirnya, saat stok di gudang Bulog minim, pemerintah melakukan impor. Padahal, stok gabah di gudang petani sebenarnya banyak,” kata Sutatang kepada Republika, Jumat (3/2/2023).
Sutatang mengatakan, petani cenderung memilih menjual gabah kepada tengkulak. Pasalnya, kata dia, selama ini harga pembelian pemerintah (HPP), saat penyerapan hasil panen petani oleh Bulog, lebih rendah ketimbang harga yang ditawarkan tengkulak.
Menurut Sutatang, stok gabah di tingkat petani saat ini memang berkurang karena belum masuk masa panen lagi. Berkurangnya stok membuat harga gabah kering giling (GKG) naik, yang kini berkisar Rp 7.400-7.700 per kilogram. Karena harga gabah naik, kata Sutatang, harga beras di pasaran pun naik. Harga beras termurah di pasaran rata-rata sekitar Rp 12 ribu per kilogram.
”Walau demikian, stok gabah di gudang-gudang petani sebenarnya banyak, dan sekarang mereka akan terus mengeluarkan sisa stok yang ada sampai habis karena sebentar lagi kan mau masuk masa panen. Harga gabah dan beras pasti akan turun,” kata Sutatang.
Tak hanya di gudang petani, Sutatang mengatakan, para buruh tani juga memiliki stok gabah sendiri. Mereka menyimpannya untuk kebutuhan konsumsi sendiri, sehingga tidak membeli beras dari pasar. Menurut dia, para buruh tani di perdesaan sudah menghitung sendiri kebutuhan makan mereka dan keluarganya sampai datangnya masa panen.