REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China mengatakan pada Jumat (3/2/2023), bahwa sedang menyelidiki laporan bahwa balon mata-mata miliknya telah terbang di wilayah udara Amerika Serikat (AS). Beijing mendesak untuk bersikap tenang dan menegaskan tidak berniat melanggar wilayah dan udara negara berdaulat.
“China adalah negara yang bertanggung jawab dan selalu mematuhi hukum internasional dengan ketat, dan China tidak berniat melanggar wilayah dan wilayah udara negara berdaulat mana pun," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning.
"Adapun balon, seperti yang saya sebutkan tadi, kami sedang melihat dan memverifikasi situasi dan berharap kedua belah pihak dapat menangani ini bersama dengan tenang dan hati-hati," ujarnya.
Mao mengatakan, dia tidak memiliki informasi tentang apakah perjalanan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke China yang direncanakan bulan ini akan berjalan sesuai jadwal. Dia mengatakan, politisi dan masyarakat harus menahan penilaian sebelum memiliki pemahaman yang jelas tentang fakta tentang laporan balon mata-mata.
“Mengenai kunjungan Blinken ke China, saya tidak punya informasi,” kata Mao.
Blinken akan menjadi pejabat tertinggi pemerintahan Presiden Joe Biden yang mengunjungi China. Dia berkunjung di tengah upaya untuk mengurangi penurunan tajam dalam hubungan antara China dan AS terkait perdagangan, Taiwan, hak asasi manusia, dan klaim China di Laut China Selatan.
Seorang pejabat senior pertahanan mengatakan kepada wartawan Pentagon, bahwa AS memiliki kepercayaan yang sangat tinggi itu adalah balon udara China. Balon ini terbang di atas fasilitas sensitif AS untuk mengumpulkan informasi.
Salah satu balon itu terlihat adalah Montana, yang merupakan rumah bagi salah satu dari tiga ladang silo rudal nuklir di Pangkalan Angkatan Udara Malmstrom. Pejabat itu berbicara tanpa menyebut nama untuk membahas informasi sensitif.