REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif mengatakan Dana Moneter Internasional (IMF) memberi negaranya masa sulit di tengah krisis ekonomi 'yang tak terbayangkan'. IMF mengunci dana bantuan sebesar 6,5 miliar dolar AS.
Pernyataan Sharif ini disampaikan dalam rapat dengan pemimpin sipil dan militer di Kota Peshawar. Ia memimpin persiapan respon serangan teror di sebuah masjid yang menewaskan 100 orang lebih.
"Situasi ekonomi kami tidak terbayangkan, seperti yang anda tahu, misi IMF di Pakistan dan itu memberi kami masa sulit," kata Sharif, Jumat (3/2/2023).
"Anda semua tahu kami kehabisan sumber daya, krisis ekonomi yang dihadapi Pakistan saat ini melampaui imajinasi," tambahnya.
Perwakilan IMF di Pakistan belum menanggapi permintaan komentar. Misi IMF berkunjung ke Pakistan untuk membahas kebijakan konsolidasi fiskal yang dibutuhkan lembaga itu dari Pakistan untuk menyelesaikan peninjauan ke-9 Extended Fund Facility, program yang ditujukan membantu negara yang mengalami krisis neraca pembayaran.
Cadangan bank sentral Pakistan saat ini sekitar 3,09 miliar dolar AS, terendah sejak 1998. Tidak cukup untuk membiayai ongkos impor selama tiga pekan. Tuntutan IMF yang bertujuan agar defisit anggaran negara itu dapat dikendalikan menyebabkan Pakistan menyerahkan nilai tukar mata uangnya ke pasar dan harga bahan bakar melonjak.
Islamabad masuk dalam program IMF senilai 6,5 miliar dolar AS. Delegasi IMF di Pakistan memulai kembali pembicaraan sejak November untuk dana sebesar 2,5 miliar dolar yang belum cair sampai saat ini.
Sharif mengatakan meski dalam krisis ekonomi tapi Pakistan akan melakukan segala upaya untuk memerangi terorisme. "Kami akan menggunakan semua sumber daya pada kapasitas kami untuk memerangi kekejian ini," katanya.