Jumat 03 Feb 2023 21:35 WIB

Ikappi: Pangkal Harga Beras Naik karena Kinerja Bulog tak Optimal

Kenaikan harga beras, terutama premium sudah terjadi lebih dari dua bulan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Lida Puspaningtyas
Pekerja melakukan bongkar muat karung berisi beras di Gudang Beras Food Station, Cipinang, Jakarta, Jumat (3/2/2023). Perum Bulog memastikan penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) atau Operasi Pasar berjalan lancar sesuai ketentuan dana tidak ada penyimpangan. Sejak awal tahun Perum Bulog sudah menyediakan 209.000 ton beras operasi pasar di seluruh Indonesia.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pekerja melakukan bongkar muat karung berisi beras di Gudang Beras Food Station, Cipinang, Jakarta, Jumat (3/2/2023). Perum Bulog memastikan penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) atau Operasi Pasar berjalan lancar sesuai ketentuan dana tidak ada penyimpangan. Sejak awal tahun Perum Bulog sudah menyediakan 209.000 ton beras operasi pasar di seluruh Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyampaikan situasi perberasan saat ini masih menghadapi persoalan tingginya harga. Ikappi menilai pangkal masalah yang berlarut ini karena kesalahan Bulog yang tidak optimal melakukan penyerapan beras pada musim panen tahun lalu. Itu menyebabkan Bulog kekurangan cadangan untuk stabilisasi harga.

"Ini jadi masalah sekarang sehingga mempengaruhi harga di pasaran. Walau sudah ada impor, tetapi proses berkurangnya beras di pasaran jadi persoalan," kata Sekretaris Jenderal Ikappi, Reynaldi Sarijowan dalam pernyataan resminya, Jumat (3/2/2023).

Baca Juga

Ikappi mencatat, kenaikan harga beras, terutama jenis medium sudah terjadi lebih dari dua bulan hingga pemerintah memutuskan impor. Ia memproyeksi, kenaikan harga beras ini kemungkinan masih akan terjadi hingga panen raya tiba.

Panel harga Badan Pangan Nasional mencatat rata-rata harga eceran beras medium sebesar Rp 11.640 per kg sedangkan HET medium sebesar Rp 9.450 per kg-Rp 10.250 per kg tergantung wilayah.

"Apa dampak kenaikan ini? Banyak. Pedagang jadi kesulitan," katanya.

Oleh karena itu, Ikapi meminta Bulog sebagai kepanjangan tangan pemerintah dalam stabilisasi harga untuk lebih fokus menyelesaikan persoalan beras.

"Faktanya saat ini Bulog tidak bisa menyelesaikan persoalan beras dengan baik. Fokus saja urus beras, tidak usah mengurus yang lain," ujarnya.

Meski demikian, pihaknya tetap mengapresiasi Bulog dalam melakukan operasi pengendalian harga sehingga harga tak melambung tinggi dan stok masih tetap tersedia di pasar. Selanjutnya, Ikappi meminta agar Bulog maksimal dalam menyerap beras panen petani pada panen raya terdekat sehingga memiliki cadangan yang cukup untuk mengamankan pasar dalam negeri.

Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, mengatakan siap menghabiskan stok di gudang untuk membanjiri pasar dengan beras. Lewat operasi pasar dalam skala masif, ia meyakini sekaligus bakal menutupi celah yang bisa dimanfaatkan mafia untuk mempermainkan harga beras agar tetap tinggi.

"Saya minta teman-teman untuk mengawasi penyaluran ini, kalau ini dilakukan dengan masif sebenarnya tidak pakai lama, paling satu minggu sudah turun. Siapa sih yang mau memainkan beras, sudah cukup diawasi," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement