Sabtu 04 Feb 2023 01:43 WIB

Cerita Orang Betawi Naik Haji Tempo Dulu

Masyarakat Betawi tempo dulu punya cerita tentang naik haji

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Partner
.
Foto: network /Rahmat Fajar
.

Jamaah<a href= haji di Makkah (dok. republika)" />
Jamaah haji di Makkah (dok. republika)

NYANTRI--Ribut-ribut soal usulan kenaikan biaya haji 2023 oleh pemerintah jadi teringat bagaimana masyarakat Betawi naik haji tempo dulu. Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya masing-masing dalam urusan melaksanakan rukun Islam yang kelima ini mulai dari merencanakan naik haji, berangkat hingga kembali ke tanah air.

Alwi Shahab dalam bukunya “Robin Hood Betawi” menggambarkan bagaimana masyarakat Betawi naik haji. Menurut H. Irwan Sjafi’I dalam buku tersebut menuturkan bahwa orang Betawi tempo dulu tidak sampai menjual tanah bagi mereka yang pergi haji. Alasannya karena memang waktu itu harga kebon atau empang lebih mahal daripada tanah.

Menurut penuturan Haji Irwan, dulu mereka yang naik haji benar-benar hasil dari jerih payahnya bekerja dan menabung selama bertahun-tahun. Waktu itu, orang Betawi banyak mempunyai kebun, empang dan peternakan. Dan uang hasil kerja keras mereka dikumpulkan di bumbung bambu bukan di bank seperti sekarang.

Yang ditabung adalah uang logam lima gulden, seringgit, satu gulden, setengah perak, sepicis, lima sen, satu sen dan sepincang. Karena waktu itu belum ada uang kertas. Jika uangnya belum cukup untuk naik haji, uangnya dibelikan emas sambil menambung sampai cukup pergi naik haji.


Ketika itu masyarakat Betawi banyak yang membuat minya kelapa dari kelapa yang diambil dari kebunnya sendiri. Produk minyak itu mereka jual ke pengecer untuk kemudian dijual ke rumah-rumah. Masyarakat Betawi tempo dulu juga banyak yang memiliki peternakan kecil dari peternakan tersebut mereka menjual susunya.

Dalam masa menabung ini, mereka sudah belajar manasik haji. Karena waktu yang lebih lama, kata Haji Irwan, maka dalam mendalami manasik haji lebih mendalam dibandingkan sekarang. Biaya lain-lain di masyarakat Betawi sangat besar ketika naik haji baik sebelum maupun saat setelah selesai melaksanakan ibadah haji.

Ada banyak tradisi-tradisi dan ritual yang dilakukan dimana mengundang banyak orang sehingga menghabiskan banyak uang. Seperti tahlilan dan ratiban sebelum berangkat. Di beberapa daerah pinggiran bisa berlangsung 40 hari. Kemudian melepas jamaah haji dengan petasan dan mungkin sampai saat ini masih ada. Petasan ini bagian dari gengsi. Semakin banyak petasan dilepas maka semakian dianggap bergengsi orang itu.

Sepulang dari tanah suci, diadakan selamatan dan tentu saja para tamu diberikan suguhan setengguh air zamzam lalu mereka meminta kepada orang baru naik haji agar didoakan supaya bisa melaksanakan ibadah haji. Acara ketika baru tiba dari Makkah bisa berlangsung hingga 40 hari. Namun sebagian besar tradisi-tradisi itu kini sudah banyak yang hilang. Jika biaya haji 2023 jadi naik, bisa dibayangkan seberapa besar uang yang harus dikeluarkan jamaah haji Betawi jika melaksanakan berbagai tradisi-tradisi yang pernah dilakukan jamaah haji tempo dulu itu.

Artikel Menarik Lainnya: https://nyantri.republika.co.id/posts/199425/ini-alasan-mengapa-nu-selalu-lantang-tolak-wahabi-di-indonesia

https://nyantri.republika.co.id/posts/199052/satu-abad-nu-berdirinya-nu-dan-petunjuk-ilahi-dari-syaikhona-kholil-bangkalan

https://nyantri.republika.co.id/posts/199061/lahirnya-nu-respon-atas-rencana-dinasti-saud-ingin-bongkar-makam-nabi-muhammad

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement