Sabtu 04 Feb 2023 08:17 WIB

Pengamat: Indonesia Negara Pertama yang Pakai B35, Efek Jangka Panjang Belum Tahu

Indonesia sudah mulai implementasikan bahan bakar berbasis minyak sawit B35.

Rep: Meiliza Laveda/Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Indonesia adalah negara pertama yang menggunakan B35. (Foto: ilustrasi)
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Indonesia adalah negara pertama yang menggunakan B35. (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia sudah mulai mengimplementasikan program bahan bakar nabati jenis biodiesel dengan presentase sebesar 35 persen (B35) mulai berlaku. B35 merupakan campuran 35 persen bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit ke dalam bahan bakar minyak (BBM) solar.

Pengamat otomotif Bebin Djuana mengatakan, Indonesia adalah negara pertama yang menggunakan B35. Oleh karena itu, belum diketahui apa efek jangka panjang dan menengahnya.

Baca Juga

“Sekarang ini baru kita yang menggunakan. Kita tidak tahu efek jangka panjang, menengah, atau masalah yang krusial. Di dunia itu bahan bakar solar hanya sampai 8,5 persen. Sekarang kita 30 persen saja sudah luar biasa,” kata Bebin kepada Republika.co.id, dikutip Sabtu (4/2/2023).

Menurut Bebin, keunggulan dari B35 adalah paling tidak 35 persen kebutuhan solar bisa dikurangi. Namun, untuk keunggulan lain, misal dari segi performa belum diketahui.

“Dari segi performa itu juga belum tahu sekarang ini. Yang B30 saja di dunia baru kita yang pakai itu,” ujarnya.

Bebin menyarankan karena baru diterapkan pertama di dunia, diperlukan komunikasi dengan produsen-produsen kendaran berbasiskan mesin diesel. Setiap dari mereka bisa mempersiapkan mesinnya agar bisa menggunakan B35.

“Mobil pribadi bisa pakai itu, tidak ada spesifik kendaraan. Makanya setiap merek, produsen, mempersiapkan. Itu yang harus dilakukan,” tambahnya.

Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, mengatakan, Indonesia memiliki sumber daya kelapa sawit yang cukup melimpah. Di sisi lain, Indonesia juga mengimpor minyak fossil fuels (bahan bakar fosil) yang dibayar menggunakan dolar AS.

“Nah, kenapa nggak kita manfaatkan kelapa sawit untuk bio energi, itu lebih ramah lingkungan,” kata Kukuh.

Kukuh mengatakan, keuntungan penggunaan B35, salah satunya bisa menghemat devisa negara. Bahan bakar ini juga lebih ramah lingkungan karena tidak mengandung sulfur.

“Jadi, ini salah satu bahan bakar yang bisa kita jadikan transisi menuju net zero emissions,” ujar dia.

Dari segi performa, Kukuh mengatakan B35 dan bahan bakar fosil memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hanya saja, bahan bakar fosil dapat habis jika digunakan terus-menerus. Itu sebabnya, industri harus mencari penggantinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement