REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Pemerintah Cina mengonfirmasi bahwa balon udara yang melintasi beberapa wilayah di Amerika Serikat (AS) adalah miliknya. Namun Beijing membantah tuduhan AS yang menyebut balon itu melakukan aktivitas pengintaian.
“Pesawat itu dari Cina dan bersifat sipil, digunakan untuk meteorologi dan penelitian ilmiah lainnya. Karena pengaruh angin barat dan kemampuan kontrolnya yang terbatas, pesawat itu menyimpang dari jalur yang dimaksudkan,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Cina dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Jumat (3/2/2023) malam.
Cina mengaku menyesalkan balon udara itu memasuki wilayah AS. “Cina menyesalkan pesawat itu tersasar ke AS secara tidak sengaja karena force majure. Cina akan terus menjaga komunikasi dengan pihak AS untuk menangani insiden ini dengan baik,” kata Kemenlu Cina.
Sebelumnya AS mengatakan sedang melacak pergerakan balon udara yang dicurigai milik Cina dan melakukan pengintaian. Balon udara tersebut terbang di wilayah AS selama beberapa hari. Montana adalah salah satu wilayah yang dilintasi balon tersebut.
Montana merupakan rumah bagi salah satu dari tiga ladang silo rudal nuklir di Pangkalan Angkatan Udara Malmstrom. Seorang pejabat pertahanan AS yang enggan dipublikasikan identitasnya mengungkapkan, balon pengintai itu berusaha terbang di atas ladang rudal Montana.
Dia tak mengungkap ukuran balon. Namun bentuknya cukup besar dan sempat berhasil difoto oleh The Billings Gazette. Kendati demikian, Pentagon menolak mengonfirmasi apakah balon tersebut merupakan balon pengintai. Karena sudah beberapa kali terlihat di wilayah udara AS, Senator Steve Daines dari Montana menulis surat kepada Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin.
“Fakta bahwa balon ini menduduki wilayah udara Montana menimbulkan kekhawatiran yang signifikan bahwa Pangkalan Angkatan Udara Malmstrom dan rudal balistik antarbenua AS adalah target dari misi pengumpulan intelijen ini, sangat penting untuk menetapkan jalur penerbangan balon ini; setiap aset keamanan nasional AS yang disusupi, dan semua infrastruktur telekomunikasi atau teknologi di AS yang digunakan balon mata-mata ini,” tulis Daines dalam suratnya kepada Austin, Kamis (2/2/2023).
Pejabat pertahanan AS mengaku telah “melibatkan” sejumlah pejabat China lewat berbagai saluran dan mengomunikasikan tentang kekhawatiran mereka atas balon udara tersebut.