Sabtu 04 Feb 2023 16:29 WIB

Stablecoin Si Aset Kripto yang Minim Risiko, Beneran?

Nilai Stablecoin didasari aset konvensional, seperti mata uang, emas, atau aset lain.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Uang kripto (ilustrasi). Stablecoin hadir karena investasi aset kripto memiliki volatilitas cukup tinggi dengan nilai yang spekulatif, baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Foto: Pixabay
Uang kripto (ilustrasi). Stablecoin hadir karena investasi aset kripto memiliki volatilitas cukup tinggi dengan nilai yang spekulatif, baik jangka panjang maupun jangka pendek.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekosistem kripto terus mengalami perkembangan dengan munculnya inovasi terbaru yang akan memberi manfaat terhadap industri keuangan digital. Salah satu inovasi tersebut adalah Stablecoin, yang menjadi salah satu adopsi aset kripto dan web3.

Stablecoin hadir karena investasi aset kripto memiliki volatilitas cukup tinggi dengan nilai yang spekulatif, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Sehingga inovasi ini menjadi angin segar untuk investor yang ingin memiliki aset kripto namun bergerak dengan stabil.

Baca Juga

"Volatilitas Stablecoin cenderung lebih rendah karena harga nilainya didasari terhadap aset konvensional, seperti kombinasi mata uang, emas, perak, atau aset berharga lainnya. Untuk alasan ini, stablecoin sering menjadi pilihan utama untuk keputusan keuangan dari pengguna aset kripto oleh institusional dan ritel," kata Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha.

Menurut CoinMarketCap, saat ini terdapat sebanyak 134 stablecoin dengan tiga stablecoin teratas yaitu, USDT, USDC, dan BUSD yang mewakili lebih dari 90 persen total kapitalisasi pasar stablecoin atau sekitar 127 miliar dolar AS. Adapun dua stablecoin yang saat ini paling diminati investor adalah USDT dan USDC karena nilainya berdasarkan mata uang dolar AS dengan rasio 1:1.

USDT dan USDC menjadi stablecoin paling populer di pasar aset kripto. Setiap unit aset kripto stablecoin yang beredar, didukung oleh dolar AS senilai 1 dolar AS yang disimpan sebagai cadangan dalam bentuk campuran uang tunai dan obligasi Treasury AS jangka pendek.

"UDST dan USDC menjadi pairing asset kripto paling banyak digunakan di berbagai bursa kripto dunia. Hal ini memudahkan para investor dalam melakukan transaksi aset dalam jaringan stablecoin dengan pairing USDT dan USDC," kata Panji.

Panji mencontohkan, investor dapat membeli aset kripto Bitcoin (BTC) dengan menggunakan persediaan USDT untuk di pairing menjadi BTC/USDT. Adanya inovasi stablecoin pun turut meningkatkan kepercayaan investor terhadap aset kripto.

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat user baru aset kripto di 2022 sebesar 5,46 juta orang. Sehingga kini ada 16,7 juta investor aset kripto di Tanah Air.

Saat ini, transaksi stablecoin sudah bisa dilakukan melalui platform Ajaib Kripto yang menyediakan USDT dan USDC. Menariknya, investor pun bisa melakukan jual beli USDT dan USDC di Ajaib Kripto dengan biaya transaksi nol persen.

Selain itu, aplikasi Ajaib Kripto juga menyediakan fitur Kirim dan Terima Aset Kripto, termasuk stablecoin USDT dan USDC, dari platform lain seperti dompet digital atau crypto exchange lain.

Stablecoin menjadi sarana pertukaran aset yang menjembatani kesenjangan antara mata uang fiat dan aset kripto, sehingga stablecoin seperti USDT dan USDC menjadi favorit investor. Pemilik dapat menyimpan aset kripto di dompet digital ataupun melakukan transfer aset dengan murah dan cepat dengan nilai yang stabil.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement