Sabtu 04 Feb 2023 23:08 WIB

Dampak Resesi Minim, BTN Optimistis Target 2023 Tercapai

BTN optimistis target pada 2023 akan tercapai.

Red: Ahmad Fikri Noor
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Haru Koesmahargyo (ketiga kanan) saat acara syukuran dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-46 Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Jakarta, Sabtu (10/12/2022). Bank Tabungan Negara (BTN) optimistis target pada 2023 akan tercapai seiring stabilnya kondisi ekonomi dalam negeri di tengah santernya isu resesi dunia.
Foto: Dok BTN
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Haru Koesmahargyo (ketiga kanan) saat acara syukuran dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-46 Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Jakarta, Sabtu (10/12/2022). Bank Tabungan Negara (BTN) optimistis target pada 2023 akan tercapai seiring stabilnya kondisi ekonomi dalam negeri di tengah santernya isu resesi dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Bank Tabungan Negara (BTN) optimistis target pada 2023 akan tercapai seiring stabilnya kondisi ekonomi dalam negeri di tengah santernya isu resesi dunia. Wealth Management Division Head BTN Prioritas Frengky Rosadrian Perangin-Angin dalam keterangannya, di Surabaya, Sabtu (4/2/2023) mengatakan, kondisi Indonesia saat ini cenderung lebih stabil karena secara sumber daya sangat mencukupi. Sehingga, dampak resesi global terhadap Indonesia sangat minim walaupun tetap ada.

"Tetapi kami yakin kondisi pertumbuhan di Indonesia cukup stabil. Peningkatan kemarin juga bagus, penurunan inflasi juga sedikit sehingga ke depan kami yakin Indonesia akan makin membaik. Sebagai satu-satunya bank yang fokus pada KPR, kami melihat kondisi 2023 masih tetap optimis, apalagi saat ini sudah banyak perbaikan," kata Frengky.

Baca Juga

Sejauh ini, katanya lagi, BTN telah menjalankan transformasi serta berbagai inisiatif strategis sesuai aspirasi dari pemegang saham yang berdampak sangat bagus pada kinerja bank tersebut pada 2022.

"Pada 2022, DPK tumbuh 8,77 persen yang ditopang oleh pertumbuhan CASA sebesar 4,22 persen, sehingga berhasil menekan rasio Cost of Fund menjadi sebesar 2,6 persen, kredit juga tumbuh 8,53 persen (KPR subsidi tumbuh 10,42 persen dan nonsubsidi tumbuh sebesar 4,6 persen)," kata dia.