Reshuffle Urung Terjadi, Pratikno: Bisa Bulan Ini, Bisa Bulan Depan
Rep: Muhammad Noor Alfian Choir/ Red: Fernan Rahadi
Pratikno mencoba salah satu personal computer khusus game di salah satu ruangan game working space, STP, Ahad (5/2/2023). | Foto: Republika/Alfian
REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) RI, Pratikno berbicara terkait santernya kabar akan ada perombakan (reshuffle) oleh Presiden Joko Widodo pada 1 Februari 2023 yang ternyata urung terjadi.
Usai melakukan kunjungan di Solo Techno Park (STP), Pratikno mengatakan bahwa rencana reshuffle bisa saja mungkin terjadi pada bulan ini atau bulan mendatang. "(Bulan ini?) Ya bisa bulan ini, bisa bulan depan," katanya, Ahad (5/2/2023).
Kendati demikian, ketika ditanya apakah Jokowi akan segera melakukan pergantian pada jajaran menterinya, Pratikno mengatakan bahwa belum ada rencana. "Ha ha ha, belum, belum ada (rencana reshuffle)," katanya sembari berkelakar.
Ditanya apakah akan ada hari lain sebagai pengganti untuk melakukan reshuffle, Pratikno juga mengatakan belum ada rencana ke arah sana. "Belum ada, (kemarin reshuffle 1 Februari hari Rabu?) Belum ada," katanya.
Selain itu, disinggung apakah ada kaitannya antara pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Nasdem, Surya Paloh terkait rencana reshuffle, Pratikno menepis kabar tersebut. "Belum ada (reshuffle usai Jokowi bertemu Surya Paloh)," katanya.
Sebelumnya, perombakan kabinet diisukan akan dilakukan Presiden Joko Widodo pada hari Rabu (1/2/2023). Namun, hingga Selasa (31/1/2023) malam, Jokowi tetap enggan memastikan. Ia tak memungkiri, ada aspek politik yang menjadi pertimbangan dalam merombak kabinet.
"Yang utama memang performa, kinerja. Bahwa ada sisi politiknya, pasti juga ada, tapi itu bukan yang utama," kata Jokowi seusai menghadiri perayaan HUT ke-8 Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Jakarta, Selasa malam.
Menurut dia, kinerja para menteri di kabinetnya secara umum masih baik-baik saja. Namun, ia juga menekankan, ada kinerja beberapa menterinya yang perlu dievaluasi. Kendati demikian, ia menyebut evaluasi yang dilakukan merupakan hal yang biasa saja.
"Ya, kalau secara khusus, pasti ada yang performanya, kinerjanya perlu dievaluasi. Biasa kok. Ada koreksi dari setiap perjalanan kan biasa," ujar Jokowi.