Ahad 05 Feb 2023 22:11 WIB

Din Syamsuddin: Gangguan Persaudaraan Manusia Bukan Karena Agama

Gangguan persaudaraan manusia lebih karena faktor-faktor non agama.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
 Din Syamsuddin: Gangguan Persaudaraan Manusia Bukan Karena Agama. Foto: Prof  Din Syamsuddin
Foto: Harian Republika
Din Syamsuddin: Gangguan Persaudaraan Manusia Bukan Karena Agama. Foto: Prof Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Inter Religious Council (IRC) Indonesia sekaligus Ketua Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), Prof Din Syamsuddin, menyampaikan bahwa gangguan persaudaraan manusia bukan karena faktor agama. Hal tersebut disampaikannya usai perayaan Pekan Kerukunan Antar Umat Beragama dan Hari Persaudaraan Kemanusiaan Dunia di gedung Nusantara IV, Komplek DPR/ MPR RI pada 5 Februari 2023.

"Pesan dari perayaan hari ini, kita sebagai bangsa yang majemuk, sesuai dengan motto Bhineka Tunggal Ika, maka tadi kita terjemahkan walau berbeda agama sebagai sesama manusia kita bersaudara," kata Prof Din usai perayaan Pekan Kerukunan Antar Umat Beragama dan Hari Persaudaraan Kemanusiaan Dunia, Ahad (5/2/2023)

Baca Juga

Ia mengatakan, persaudaraan kemanusiaan seperti ini yang harus dirawat bersama. Tentu tidak mudah merawatnya karena selalu banyak gangguan.

Gangguan itu, menurut Prof Din, sejauh pemahamannya bukan dari faktor keyakinan keagamaan. Bukan karena manusia berbeda keyakinan kemudian berselisih satu sama lain.

"Gangguan itu lebih karena faktor-faktor non agama, khususnya yang berdimensi kesenjangan, sosial, ekonomi dan politik sering menjadi faktor yang kemudian agama ditarik sebagai faktor pembenaran (agama dituduh sebagai penyebab gangguan)," ujar Prof Din.

Prof Din menambahkan, dari dua perayaan yakni Pekan Kerukunan Antar Umat Beragama dan Hari Persaudaraan Kemanusiaan Dunia, umat berbagai agama dapat duduk bersama dalam satu forum. Menikmati pesan-pesan dari tokoh agamanya masing-masing dan juga menikmati penampilan seni budaya musik dari artis lintas agama yang membawakan lagu-lagu religi.

"Saya optimis, modal sosial agama kita, ada kerukunan, inilah yang harus dirawat setiap saat," ujarnya.

Prof Din mengatakan, sebenarnya dari luar negeri memberikan persepsi positif terhadap Indonesia dalam hal kerukunan. Indonesia menjadi role model dalam hal kerukunan.

"Pesan kami, pesan saya pribadi kepada tokoh-tokoh politik, dari berbagai partai politik dan berbagai kubu untuk kepemimpinan nasional ini, untuk bisa menahan diri, untuk tidak berlebihan terjebak dalam ujaran kebencian dan permusuhan yang hanya akan membawa konflik di antara kita," ujar Prof Din.

Perayaan Pekan Kerukunan Antar Umat Beragama dan Hari Persaudaraan Kemanusiaan Dunia ini dihadiri perwakilan dari majelis-majelis agama di Indonesia. Di antaranya Majelis Ulama Indonesia (MUI), Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Parisada Hindu Dharma Indonesia, Persatuan Umat Buddha Indonesia, Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement