Senin 06 Feb 2023 14:49 WIB

Rais Aam PBNU: NU Ingin Bangkitkan Hati Nurani Umat Islam

Kiai Miftach menyayangkan ketertutupan umat Islam akan peradaban dan keilmuan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar menyampaikan sambutan saat acara Muktamar Internasional Fikih Peradaban I di Hotel Shangri-La Surabaya, Jawa Timur, Senin (6/2/2023). Acara Muktamar Internasional Fikih Peradaban I tersebut resmi dibuka dengan mengangkat tema membangun landasan fikih untuk perdamaian dan harmoni global. Rais Aam PBNU: NU Ingin Bangkitkan Hati Nurani Umat Islam
Foto: Republika/Thoudy Badai
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar menyampaikan sambutan saat acara Muktamar Internasional Fikih Peradaban I di Hotel Shangri-La Surabaya, Jawa Timur, Senin (6/2/2023). Acara Muktamar Internasional Fikih Peradaban I tersebut resmi dibuka dengan mengangkat tema membangun landasan fikih untuk perdamaian dan harmoni global. Rais Aam PBNU: NU Ingin Bangkitkan Hati Nurani Umat Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengatakan Nahdlatul Ulama (NU) yang kini telah berusia satu abad ingin membangkitkan kembali hati nurani umat Islam dalam membangun tanggung jawab sosial. Tidak hanya dalam wacana, kata dia, tapi juga dengan tindakan. 

"NU secara khusus ingin membangkitkan kembali hati nurani kaum muslimin, bukan hanya dengan wacana, melainkan juga dengan tindakan, membangun opini publik tentang tanggung jawab sosial," ujarnya saat sambutan dalam Muktamar Internasional Fikih Peradaban I di Hotel Shangri-La Surabaya, Jawa Timur, Senin (6/2/2023).

Baca Juga

Menurut Kiai Miftach, langkah tersebut harus dilakukan mengingat masyarakat telah dijangkiti kesalahpahaman terhadap konsep kebebasan individu dan tidak menghiraukan tanggung jawab publik.

"Kita semua menyaksikan gejala penyakit ini, yaitu kebebasan yang individualistik, buah dari pemahaman yang tidak benar," ucap Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah Surabaya itu.

Karenanya, tambah Kiai Miftach, peradaban Islam mesti dibangun kembali dengan menghindari karakter kebebasan semacam ini. Baginya, kita perlu menjadikan jihad dan ijtihad sebagai sebuah kesatuan pemahaman atas Islam.

"Mengombinasikan antara jihad dan ijtihad, yaitu mencurahkan segenap tenaga dan berusaha keras dalam memahami Islam dan mengamalkannya," katanya.

Kiai Miftach menyayangkan ketertutupan umat Islam akan peradaban dan keilmuan. Bahkan, kini umat Islam dalam kesehariannya menunjukkan kemunduran yang jauh dari peradaban. Kondisi ini, menurutnya, hanya akan menjadi lahan subur bagi hegemoni Barat dalam berbagai hal, seperti ekonomi hingga gaya hidup kaum muslimah.

Muktamar Internasional Fikih Peradaban I secara resmi dibuka oleh Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin. Forum ini mengundang sedikitnya 15 pakar sebagai pembicara kunci, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Ratusan ulama dari berbagai negara berpartisipasi dalam perhelatan ini.

Muktamar ini mengangkat tema "Membangun Landasan Fikih untuk Perdamaian dan Harmoni Global". Selain merupakan agenda lanjutan dari Religions 20 (R20), muktamar ini juga merupakan bagian dari rangkaian peringatan Satu Abad NU yang puncak resepsinya akan berlagsung di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Selasa (7/2/2023).

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement