REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Ratusan pegawai Pemkot Sukabumi dan karyawan swasta di Kota Sukabumi menjalani rapid test HIV. Langkah tersebut untuk mendeteksi sejak dini keberadaan penyakit HIV-AIDS di tengah masyarakat.
Terbaru, tes HIV dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi kepada sekitar 100 orang pegawai Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Sukabumi pada Senin (6/2/2023). Hal serupa juga sebelumnya dilakukan kepada pegawai Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD) Kota Sukabumi dan karyawan swasta di Matahari Dept Store Sukabumi.
''Kegiatan ini sebagai bentuk dari komite persiapan AIDS, TBC dan Malaria (ATM) yakni membuat aksi terkait preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif,'' ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi Wita Darmawanti. Di mana, pentingnya skrining sejak dini untuk mengetahui apakah seseorang TBC atau HIV.
Sebab, lanjut Wita, lebih baik pencegahan dan mengencarkan edukasi tidak takut pemeriksaan HIV agar bisa ditangani dengan cepat. Daripada diketahui sudah stadium akhir. Sehingga, lanjut Wita, dilakukan pencegahan berupa aksi daerah penxcgahan HIV-AIDS.
''Salah satunya mobile cepat jemput bola ke tempat kerja karena sasaran usia produktif usia 15-59 tahun termasuk standar pelayanan minimal pemda di bidang kesehatan,'' imbuh dia.
Sehjngga, ungkap Wita, dilakukan tes HUV di beberapa SKPD indtansi pemerintah dan non pemerintah. Di mana yang sudah dilakukan yaknj instansi BPKPD dan Dishub serta di Matahari Dept Store.
Wita menerangkan, pemeriksaan dahak untuk TBC dan untuk HIV rapid test. Untuk target Dishub sebenarnya 200 orang, akan tetapi karena banyak bertugas di lapangan sehingga baru terperiksa 100 otang dan selebihnya akan dijadwal ulang.
''Karena rapid tes, hasilnya langsung keluar semua negatif dan clean semua tidak ada yang positif,'' kata Wita. Termasuk hasil pemeriksaan pegawai di BPKPD dan Matahari Dept Store.
Sebelumnya diberitakan, kasus HIV-AIDS di Kota Sukabumi didominasi lelaki seks lelaki (LSL). Hal ini didasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi.
Di mana pada 2022 lalu, jumlah baru kasus HIV-AIDS di Kota Sukabumi di layanan kesehatan Kota Sukabumi baik warga Kota Sukabumi dan luar Sukabumi mencapai sebanyak 169 kasus. Dari sebanyak 169 kasus HIV-AIDS itu sebanyak 66 orang warga Kota Sukabumi dan 103 orang warga luar Kota Sukabumi.
''Dari data yang ada kasus baru HIV-AIDS di 2022 pada layanan kesehatan Kota Sukabumi sebanyak 169 orang,'' ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Sukabumi Wita Darmawanti. Data tersebut dari hasil tes terhadap 11.342 orang di 15 puskesmas dan 6 rumah sakit di Kota Sukabumi.
Menurut Wita, dari sebanyak 169 orang positif rinciannya sebanyak 82 LSL, 37 pasangan resiko tinggi (risti), 34 WPS, 9 orang pelanggan, 5 lainnya, dan dua penasun. Dari 169 kasus itu sebanyak 66 orang warga Kota Sukabumi dan 103 warga luar Kota Sukabumi.
Sehingga, kata Wita, yang murni warga Kota Sukabumi hanya sebanyak 66 orang. Rinciannya 44 laki-laki dan 22 orang perempuan.
Rincian dari warga Kota Sukabumi berdasarkan usja lanjut Wita yakni usia 25-49 tahun sebanyak 49 orang, 20-24 tahun sebanyak 10 orang, 15-19 tahun 3 orang, di atas 50 tahun 3 orang dan di bawah usia 4 tahun 1 orang. Sementara untuk klasifikasi kalangan terjangkit yakni LSL sebanyak 33 orang, 17 pasangan risti, 10 WPS, 4 orang pelanggan, 1 penasun, dan 1 penyebab lainnya.
Wita mengungkapkan, bila digabung antara warga kota dan luar Kota Sukabumi maka usia 25-49 tahun sebanyak 124 orang, 20-24 tahun 29 orang, 15-19 tahun 6 orang, dibawah 4 tahun 3 orang, dan di atas 50 tahun 2 orang.
Wita menuturkan, upaya penanganan HIV-AIDS ke depan dengan mengupayakan agar warga dengan kesadaran sendiri melakukan tes HIV di layanan puskesmas maupun rumah sakit. Khususnya terhadap warga yang beresiko tinggi agar bisa dilakukan penanganan dengan cepat.
Terlebih tes HIV ini gratis atau tidak ada beban biaya. Saat ini kebanyakam baru diketahui ketika orang tersebur sakit dan berobat ke rumah sakit.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Sukabumi, Fifi Kusumajaya menerangkan, masih minimnya kesadaran kelompok LSL dan lainnya dalam melakukan pemeriksaan HIV-AIDS. Di mana LSL salah satu penyebab kelompok tersebut dikategorikan risiko tinggi dan penyumbang angka kasus positif HIV-AIDS terbanyak dalam empat tahun terakhir ini.
Kasus positif tersebut juga terang Fifi, baru terdeteksi setelah kelompok LSL melakukan pemeriksaan kesehatan atau hendak mendapat penanganan medis di rumah sakit. Oleh karenanya kesadaran melakukan pengecekan HIV-AIDS ini juga penting disadari oleh kelompok risiko tinggi lainnya.