Senin 06 Feb 2023 17:13 WIB

Harlah Satu Abad NU, Kiai Afifuddin: Mudah-Mudahan Terjadi Tajdid

NU memasuki usia satu abad.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
 Harlah Satu Abad NU, Kiai Afifuddin: Mudah-Mudahan Terjadi Tajdid. Foto:   KH Afifuddin Muhajir
Foto: FB Ma'had Aly Situbondo
Harlah Satu Abad NU, Kiai Afifuddin: Mudah-Mudahan Terjadi Tajdid. Foto: KH Afifuddin Muhajir

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Berdasarkan hitungan kalender Hijriyah, Nahdlatul Ulama (NU) telah memasuki usia satu Abad. Organisasi Islam terbesar di Indonesia ini didirikan oleh Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari di Surabaya pada 16 Rajab 1344 Hijriah. 

Ulama ahli Ushul Fikih sekaligus Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Situbondo, KH Afifuddin Muhajir berharap, di usianya yang ke-100 ini NU dapat melakukan pembaharuan. 

Baca Juga

"Mudah-mudahan terjadi apa yang namanya tajdid, pembaharuan," ujar Kiai Afif kepada Republika saat akan menjadi pembicara dalam Muktamar Internasional Fikih Peradaban di Hotel Shangri-La Surabaya, Jawa Timur, Senin (6/2/2023).

Di dalam hadits, menurut Kiai Afif, Rasulullah SAW  berdabda, 

إنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهذهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا

(Innallaha yab’atsu li hadzihil ummati ‘ala ra’si kulli mi’ati sanatin man yujaddidu laha dinaha).

Artinya: "Sesungguhnya Allah mengutus kepada umat Islam, setiap seratus tahun, seorang yang memperbarui untuk mereka (interpretasi) ajaran agama mereka." (HR Abu Daud).

"Sesungguhnya di awal setiap seratus tahun, Allah mengirimkan kepada umat ini orang yang akan memperbaharui agama mereka

Kiai Afif menjelaskan, setiap penghujung 100 tahun Allah SWT akan melahirkan seseorang atau beberapa orang yang dapat memperbaharui agamanya  

"Kita berharap dengan moment satu abad ini NU bisa melahirkan orang yang diharapkan itu," ucap Kiai Afif.

Wakil Rais Aam PBNU ini menambahkan, menuju abad keduanya NU harus bisa memperkuat kembali sendi-sendi Islam yang saat ini mungkin sedikit rapuh. 

"Yang dimaksudkan pembaharuan di sini adalah memperkuat sendi-sendi Islam yang sudah mungkin sedikit raouh dan terus mengadopsi hal-hal dan perkembangan yang sangat penting untuk diadopsi," kata Kiai Afif. 

Ditemui di acara yang sama, Antropolog asal Belanda, Martin van Bruinessen menjelaskan, NU hendaknya menjadikan Harlah Satu Abad ini sebagai momentum untuk melakukan refleksi. 

"Saya kira setiap hari ulang tahun selalu menjadi kesempatan untuk merefleksikan tentang jalannya selama ini, apa yang kita hasilkan selama satu abad ini, apa kurangnya, dan apa tantangan di depan kita, apakah untuk abad yang baru memerlukan suatu strategi yang berbeda daripada strategi sesudahnya," jelas Martin kepada Republika, Senin (6/2/2023). 

Menurut dia, Harlah Satu Abad ini merupakan momentum yang tepat bagi NU. Karena, saat ini banyak terjadi krisis di dunia. "Kita lihat di pergeseran internasional, kekuasaan Amerika mulai digoyang, China sedang naik, ada perang Rusia-Ukraina yang mungkin akan mengubah peta politik seluruh dunia, itu suatu moment yang sangat penting," ujar Martin.

"Nah sekarang sangat penting kalau ada suara dari dunia lain, suara yang bukan dari negara Barat, bukan China tetapi negara-negara Asia dan Afrika lain, suara itu harus bangkit untuk bicara masalah internasional dan usaha untuk menyelesaikan masalah, untuk menjadi perantara antara kubu-kubu yang bersaing," tutupnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement