Senin 06 Feb 2023 22:30 WIB

Hati Manusia Laksana Benteng, 2 Perkara Ini Menjadi Penerangnya Menurut Ibnu Al Jauzi

Iman dan dzikir menjadi penerang hati manusia yang diibaratkan sebagai benteng

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi berdoa mensucikan hati. Iman dan dzikir menjadi penerang hati manusia yang diibaratkan sebagai benteng
Foto: Republika/Wihdan
Ilustrasi berdoa mensucikan hati. Iman dan dzikir menjadi penerang hati manusia yang diibaratkan sebagai benteng

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hati manusia laksana benteng. Iman dan dzikir menjadi penerang benteng tersebut.

Abu al-Faraj ibn al-Jauzi yang dikenal sebagai Ibnu Al Jauzi dalam buku Talbis Iblis menyatakan ketahuilah bahwa hati itu bagaikan benteng. Di sekelilingnya ada pagar yang mempunyai beberapa pintu. 

Baca Juga

Namun di pagar tersebut masih ada celah-celah yang bisa dimasuki. Celah-celah di pagar ini dijaga akal dan para malaikat. 

Ada beberapa satuan pasukan penyerang yang senantiasa mendatangi benteng itu, di antaranya pasukan hawa nafsu dari setan. 

Pasukan penyerang ini senantiasa datang dari waktu ke waktu dan tidak mungkin bisa dihentikan, sehingga peperangan terus berkecamuk antara penghuni benteng dan pasukan penyerang atau musuh (hawa nafsu dan setan). 

Pasukan setan berputar-putar mengelilingi benteng mencari kelengahan penjaga untuk bisa melewati celah pagar. 

Maka penjaga harus mengetahui seluruh pintu benteng dari celah-celah yang ada di bawah tanggung jawabnya, tidak boleh lengah walaupun sekejap. Sebab musuh tidak pernah lengah walaupun sekejap. 

Seseorang pernah bertanya kepada Hasan Al-Bashri "Apakah iblis juga tidur?" Dia menjawab, "Jika iblis tidur, tentu kita bisa istirahat." 

Ibnu Al Jauzi menyampaikan, benteng ini menjadi terang karena iman dan dzikir. Di dalamnya ada cermin yang mengkilap, membiaskan berbagai rupa yang terjadi di sana (di dalam benteng atau di dalam hati manusia). 

Hal pertama yang dilakukan setan di tengah pasukan musuh adalah memperbanyak asap, agar tembok-tembok benteng tampak kusam dan cerminnya menjadi buram. 

Hanya kesempurnaan pikiran dan kejernihan dzikir yang dapat membuat cermin itu tampak bersih dan bening. 

Sementara pasukan musuh sendiri senantiasa melancarkan serangan. Ada kalanya serangan itu berhasil menyusup ke dalam benteng. Tentu saja penjaga akan menghadang serangannya. 

Baca juga: 4 Sosok Wanita yang Bisa Mengantarkan Seorang Mukmin ke Surga, Siapa Saja?  

Terkadang setan dapat masuk dan berada di dalam benteng karena kelalaian penjaganya. Terkadang angin ikut berperang menghembuskan asap ke arah benteng, membuat binding-dindingnya menjadi kusam dan cerminnya menjadi buram, sehingga setan dapat menembusnya tanpa diketahui. 

Terkadang penjaga benteng terluka karena lalai, dan terkadang dapat diperalat dan diperdaya oleh setan. 

Dikutip dari buku Talbis Iblis yang ditulis Ibnu al-Jauzi, diterbitkan Maktabah Al-Madani Kairo 1983, dan diterjemahkan serta diterbitkan ulang oleh Pustaka Al-Kautsar 2010. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement