Selasa 07 Feb 2023 05:38 WIB

Laju Kendaraan Listrik di Indonesia Dihambat Produsen Otomotif?

Rencana elektrifikasi kendaraan produsen masih dianggap jauh dari potensi perusahaan tersebut.

Rep: Sein Kanan/ Red: Partner
.
Foto: network /Sein Kanan
.

Penetrasi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia dianggap masih kalah ketimbang negara-negara lain. (Foto: Freepik)  
Penetrasi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia dianggap masih kalah ketimbang negara-negara lain. (Foto: Freepik)

JAKARTA -- Penetrasi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia dianggap masih kalah ketimbang negara-negara lain. Setidaknya hal ini terlihat dari laporan terbaru yang dirilis Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA).

Putra Adhiguna, analis energi sekaligus penulis laporan tersebut, mengatakan pemerintah kerap menyampaikan ambisi untuk pengembangan kendaraan listrik. Akan tetapi, arah pengembangan EV di Tanah Air dianggap tidak sesuai dengan arah bisnis para pemain di industri otomotif.

Dia menjelaskan, meski pemerintah tengah mendorong potensi nikel sebagai batu pijakan, namun langkah saat ini belum cukup untuk memenuhi target ambisius Indonesia. Untuk kendaraan roda empat ringan (4W), laporan IEEFA menyoroti lima produsen yang menguasai 92 persen pasar 4W, yaitu Honda, Mitsubishi, Suzuki, Toyota, dan anak perusahaannya Daihatsu.

Laporan itu pun menggambarkan perusahaan-perusahaan yang menguasai mayoritas pasar Indonesia tersebut. Termasuk bagaimana langkah bisnis mereka dapat memegaruhi ekspansi EV di dalam negeri.

"Rencana elektrifikasi dari pemain industri yang lamban dikombinasikan dengan dominasi pasar mereka dapat menjadi hambatan besar bagi ambisi Indonesia. Para pemain otomotif banyak menekankan pentingnya memberi pilihan kendaraan bagi konsumen, namun opsi all-electric dari mereka hampir tidak bisa ditemukan," kata Putra dalam peluncuran laporan "Electrifying Indonesia's Road Transport" di Jakarta, Senin (6/2/2023).

Menurut Putra, konsentrasi pasar kendaraan roda dua (2W) saat ini bahkan lebih kuat, dengan Honda dan Yamaha menguasai 96 persen pasar. Akan tetapi, rencana elektrifikasi kendaraan mereka masih sangat jauh dari potensi perusahaan-perusahaan tersebut.

Pada fiscal year 2022 (FY22), misalnya, kendaraan listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) hanya mencakup 0,16 persen dari unit penjualan Toyota di seluruh dunia. Sementara penjualan motor listrik Honda sangat minim.

"Langkah positif menuju elektrifikasi memang mulai tampak, namun rencana yang ada tetap terlihat lemah, terlebih untuk pasar-pasar berkembang," kata Putra menambahkan.

Dia menyebut, laporan IEEFA merujuk kepada target agresif yang ditetapkan Indonesia, yaitu dengan 13 juta motor listrik dan 2,2 juta mobil listrik pada 2030. Akan tetapi, realisasinya masih tertinggal di belakang beberapa negara tetangga ASEAN lainnya.

Kompetisi dengan Thailand dalam mobil listrik semakin ketat. Sementara Vietnam telah lebih sukses mendorong penggunaan motor listrik di depan Indonesia.

"Permintaan energi sektor transportasi meningkat pesat dan mencakup seperempat dari emisi gas rumah kaca sektor energi di Indonesia. Pertentangan antara menurun drastisnya produksi minyak dan meningkatnya permintaan akan semakin sulit ditengahi jika tidak dibarengi dengan arah kebijakan yang tegas dari pemerintah," kata Putra.

Dengan kenaikan impor minyak dan subsidi BBM yang kerap fluktuatif, EV dapat membantu menahan laju peningkatan konsumsi BBM dan menurunkan emisi life-cycle. Bahkan dalam sistem kelistrikan yang didominasi batu bara seperti Indonesia saat ini.

"Hal tersebut tentunya harus dibarengi dengan komitmen kuat Indonesia untuk menghijaukan sektor kelistrikannya," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement