REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Prabowo Subianto kembali menilai, Presiden Joko Widodo (Jokowi) merupakan seorang negarawan. Terbukti, ketika Jokowi yang merupakan rivalnya pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019 malah meminta dirinya dan Partai Gerindra bergabung dalam pemerintahan.
Selama menjadi bagian Kabinet Indonesia Maju, Prabowo yang ditunjuk menjadi menteri pertahanan memandang atasannya itu sebagai sosok yang tak panjang lebar berbicara. Namun lewat pernyataan singkatnya tersebut, sambung dia, ada ketegasan dalam setiap pengambilan kebijakan.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo yang tadi memberikan pesannya lewat video. Ciri khas Pak Joko Widodo adalah selalu singkat, singkat, ringkas, tapi tendangannya lumayan," ujar Prabowo dalam pidato perayaan HUT Ke-15 Partai Gerindra di kantor DPP Partai Gerindra, Jakarta Selatan, Senin (6/2/2023).
Baca: Diserang Andre Rosiade Soal Prabowo, Tifatul Sembiring Buat Hak Jawab
Selama hampir sekira tiga tahun di bawah kepemimpinan Jokowi, Prabowo memuji RI 1 sebagai sosok yang berani mengambil keputusan. Hal tersebut terlihat ketika pemerintah memutuskan untuk tak melakukan pembatasan total (lockdown) saat datang pandemi Covid-19 pada awal 2020.
"Saya jenderal, saya ikut berkali-kali dalam aksi aksi pertempuran, saya saksi, saya melihat pemimpin yang bisa ambil keputusan dan pemimpin yang tidak bisa ambil keputusan. Beliau (Jokowi) adalah pemimpin yang bisa ambil keputusan dan keputusannya berani," ujar eks Pangkostrad tersebut.
Memang dalam keputusannya terkadang ditentang banyak pihak, terutama yang berkaitan dengan kebijakan penanganan pandemi Covid-19. Meski begitu, Prabowo menegaskan, keputusan tersebut diambil dengan memperhatikan rakyatnya.
"Bukan saya mengolor atau saya menjilat, tidak. Saya hanya mengatakan yang benar-benar dan kalau pemimpin kita benar, kita harus, kita akui benar," ujar Prabowo.
Dia kembali menceritakan saat dirinya diajak bergabung dengan koalisi pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin. Tak ditampiknya, ada sejumlah kader Partai Gerindra yang tak setuju dengan keputusannya menjadi bagian Kabinet Indonesia Maju.
"Tidak apa-apa, itulah partai kita, boleh berbeda pendapat, boleh mengkritik tidak ada masalah, tapi ketika keputusan sudah diambil, semua patuh, semua kompak," ujar Prabowo.