REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isra Mi'raj merupakan peristiwa besar dalam Islam. Apa yang dialami Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa itu memunculkan syariat yang kemudian menjadi pedoman umat Islam.
Dalam Alquran Surat Al Isra ayat 60 disebutkan,
وَإِذْ قُلْنَا لَكَ إِنَّ رَبَّكَ أَحَاطَ بِالنَّاسِ ۚ وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِلنَّاسِ وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِي الْقُرْآنِ ۚ وَنُخَوِّفُهُمْ فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا طُغْيَانًا كَبِيرًا
(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepadamu, “Sesungguhnya Tuhanmu (dengan ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi seluruh manusia.” Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon yang terkutuk dalam Alquran. Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan ayat diatas, yang dimaksud dengan mimpi dalam ayat ini ialah pemandangan yang diperlihatkan kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam di malam Isra dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk di dalam Alquran. Dalam ayat tersebut disebutkan pohon terkutuk adalah pohon Zaqqum. jadi berdasarkan ayat ini yang diperkuat penjelasan Ibnu Katsir, itu bukan mimpi, tapi pandangan nyata. Nabi Muhammad melakukan isra dan mi'raj sampai menghadap Allah dalam keadaan sadar.
Dalam kisah Isra disebutkan bahwa ada segolongan orang menjadi murtad dari agama yang hak setelah mendengar kisah ini karena kisah ini tidak dapat diterima oleh hati dan akal mereka, maka mereka mendustakannya. Akan tetapi, Allah menjadikan kisah ini sebagai kekokohan iman dan keyakinan sebagian manusia lainnya.
Karena itulah disebutkan bahwa peristiwa ini sebagai cobaan dan ujian buat mereka, yakni orang-orang kafir, dengan ancaman dan siksaan serta pembalasan.hal tersebut justru menambah mereka tenggelam di dalam kekafiran dan kesesatannya, dan hal seperti ini merupakan penghinaan Allah terhadap mereka.