Selasa 07 Feb 2023 12:12 WIB

Ulasan Film Babylon, Soroti Kisah Kelam Hollywood Tempo Dulu

Hollywood lama digambarkan dengan pesta gila serta orang kotor dan curang.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Qommarria Rostanti
Film Babylon mengangkat kisah kelam Hollywood tempo dulu. (ilustrasi)
Foto: Paramount Pictures
Film Babylon mengangkat kisah kelam Hollywood tempo dulu. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Babylon mengambil latar Los Angeles, Amerika Serikat (AS), pada 1920-an. Beberapa aktor dan aktris yang bermain di karya besutan sutradara Damien Chazelle ini di antaranya Brad Pitt, Margot Robbie, dan Diego Calva, Jean Smart, Jovan Adepo, dan Li Jun Li.

Menyoroti tentang ambisi yang terlalu besar dan ketakutan, Chazelle mencoba menangkap naik turunnya banyak karakter selama era dekadensi dan kebobrokan pada awal Hollywood. Fokus utama dari film berdurasi tiga jam tujuh menit ini adalah transisi dari film bisu ke film dengan suara pada era 1920-an hingga 1930-an di Hollywood.

Baca Juga

Brad Pitt berperan sebagai Jack Conrad, yaitu bintang film terbesar di era film tanpa suara. Margot Robbie berperan sebagai Nellie LaRoy, yaitu wanita muda yang ingin menjadi bintang. Diego Calva adalah Manny Torres, pria muda yang bermimpi bisa bekerja di set film. Jovan Adepo adalah musisi jaz berbakat di era itu.

Film dibuka dengan pesta besar, di mana LaRoy memeriahkan pesta itu. Manny bekerja di pesta tersebut. Sementara itu, Conrad mabuk berat di sana.

Hollywood lama digambarkan dengan pesta gila, narkoba, dan alkohol. Namun, sebelum menyaksikan pesta itu, penonton akan disuguhkan bagaimana gajah buang air besar di tubuh seorang pria. Pembuka itu menunjukkan bahwa Hollywood lama diisi orang kotor dan curang.

Ada beberapa bagian yang terasa membosankan karena keempat karakter utama benar-benar tidak berkembang. Padahal, keempat karakter tersebut bisa bersatu untuk menciptakan cerita dengan cara yang lebih efektif. Ada banyak bintang lain di film ini. Namun, keberadaan karakter Tobey Maguire adalah yang paling tidak dibutuhkan dalam film.

Bagi Chazelle yang sekaligus bertindak sebagai penulis naskah, Babylon adalah hasil penelitian dan pembangunan dunia selama 15 tahun, yang dimulai dari kepalanya, jauh sebelum dia mengetik naskah pertama. “Saya ingin melihat melalui lensa hari-hari awal terbentuknya sebuah seni dan industri, ketika keduanya masih menemukan pijakan mereka,” kata Chazelle dalam siara pers kepada media dilansir Senin (6/2/2023).

Dia juga menyukai gagasan untuk melihat masyarakat dalam perubahan. Hollywood mengalami serangkaian perubahan cepat, yang terkadang tampak seperti bencana di pada 1920-an. Ada orang-orang yang mempu bertahan, tetapi banyak juga yang memilih menyerah.

Terdapat sisi yang lebih gelap dari kisah transisi film bisu ke film bersuara. Bertepatan dengan semua ini, Los Angeles berubah dari kota gurun yang sebagian besar pedesaan pada awal 1920-an menjadi megalopolis utama dunia pada akhir dekade. Banyak bangunan baru dan panggung suara yang berkilauan muncul. Film karya sutradara La La Land dan Whiplash itu telah tayang di bioskop Indonesia sejak 3 Februari 2023.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement