REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sepak bola Indonesia, Akmal Marhali menilai tidak adanya pelatih lokal di suatu liga domestik sebagai hal yang wajar. Menurutnya itu adalah konsekuensi yang harus diterima saat kegiatan olahraga tersebut sudah berubah menjadi sebuah industri. Dia hanya bisa menyarankan para pelatih lokal untuk meningkatkan kemampuan demi memenangkan persaingan tersebut.
Seperti diketahui, hanya ada dua pelatih lokal yang tersisa di Liga 1 2022/2023, yakni Aji Santoso (Persebaya) dan Seto Nurdiantoro (PSS Sleman). "Terkait hanya tersisa dua pelatih lokal ini hanya soal persaingan global. Kebetulan mungkin tren-nya klub-klub Indonesia lagi suka pelatih asing," kata Akmal kepada Republika.co.id, Senin (6/2/2023).
Ramai menjadi pembahasan setelah Widodo C. Putro baru saja dipecat oleh Bhayangkara FC dari kursi pelatih setelah performa yang kurang memuaskan. Manajemen The Guardian memutuskan mendepaknya dari kursi pelatih pada Sabtu (4/1/2023). Kemenangan Bhayangkara FC atas Persis Solo dengan skor 3-1 di Stadion Maguwoharjo, Kamis (2/2/2023) menjadi laga terakhir Widodo bersama Bhayangkara.
Meski berhasil membawa the Guardian menang, manajemen Bhayangkara sepertinya tetap pada keputusannya untuk menghentikan kerja sama dengan Widodo. Pasalnya, Widodo sudah gagal menangani Bhayangkara yang kini berada di peringkat ke-15 klasemen sementara BRI Liga 1 2022/2023. Indra Kahfi dan kawan-kawan hanya mengumpulkan 23 poin dalam 21 laga yang sudah dimainkan.
Menurut Akmal, pelatih memang kerap menjadi kambing hitam atas terpuruknya performa sebuah klub. Widodo bahkan menjadi pelatih ke-11 Liga 1 yang kehilangan jabatannya di musim ini. "Pergantian pelatih adalah cara paling mudah untuk mencari "kambing hitam" atas persoalan jebloknya prestasi tim. Bukan cuma di Indonesia, tapi juga dunia," katanya.
"Tapi, pergantian pelatih tak serta merta bisa membenahi penampilan tim. Banyak klub di Indonesia yang gonta ganti pelatih hasilnya malah terdegradasi. Persela Lamongan misalnya musim lalu," ujarnya menambahkan.