Selasa 07 Feb 2023 16:40 WIB

Pasukan Damai Cartenz Kejar KKB Papua yang Sandera Pilot Susi Air

KKB sudah mengumumkan bertanggungjawab atas penyerangan dan pembakaran pesawat.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Agus raharjo
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengaku Satgas Damai Cartenz masih melakukan pencarian keberadaan pilot Susi Air yang disandera KKB di Papua.
Foto: Dok Polri
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengaku Satgas Damai Cartenz masih melakukan pencarian keberadaan pilot Susi Air yang disandera KKB di Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo membenarkan keberadaan pilot dan penumpang pesawat sipil Susi Air yang disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Sigit mengatakan, saat ini personelnya di kepolisian bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih terus melakukan pencarian keberadaan kelompok separatis yang melakukan penyanderaan pilot warga negara Selandia Baru itu.

Sigit mengandalkan pencarian dan upaya penyelamatan melalui Operasi Damai Cartenz. “Terkait dengan perkembangan pilot dan penumpang yang diamankan (disandera) oleh KKB, saat ini sedang dalam pencarian. Kami tim gabungan (Polri dan TNI) dari Operasi Damai Cartenz saat ini sedang melakukan pencarian,” kata Sigit, Selasa (7/2/2023).

Baca Juga

Sigit tak menjelaskan pencarian tersebut sebagai bagian dari operasi militer sebagai respons atas serangan dan pembakaran armada sipil di Lapangan Udara Paro, di Nduga, Papua Pegunungan tersebut. Sementara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengeklaim bertanggungjawab atas serangan dan pembakaran pesawat udara Susi Air tersebut.

Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengatakan, serangan dan pembakaran itu dilakukan Panglima KKB Kodap III Ndugama-Derakma Egianus Kogoya. Selain melakukan pembakaran dan penyerangan, kelompok separatisme bersenjata itu juga menyandera pilot pesawat yang terbang dari Mimika tersebut.

Dalam pernyataannya, Sebby mengatakan, TPNPB-OPM tak akan melepaskan sandera. Kecuali kata dia, jika pemerintah Indonesia menyatakan pengakuan atas kemerdekaan Papua. “Kami TPNPB Kodap III Ndugama-Derakma tidak akan pernah kasih kembali atau kasih lepas pilot yang kami sandera ini. Kecuali NKRI mengakui dan lepaskan kami dari negara kolonial Indonesia (Papua Merdeka),” kata Sebby dalam pernyataan resmi KKB yang diterima wartawan di Jakarta, Selasa (7/2/2023).

Atas penyerangan, pembakaran, dan penyanderaan oleh KKB tersebut, TPNPB-OPM, kata Sebby, meminta pihak militer, dan keamanan Indonesia, Polri dan TNI tak sembarangan melakukan penangkapan dan introgasi warga Papua di Nduga.

“Pilotnya kami sudah sandera dan kami sedang bawa keluar. Untuk itu anggota TNI Polri tidak boleh tembak atau interogasi masyarakat sipil Nduga sembarang. Karena yang melakukan (serangan dan pembakaran) adalah kami TPNPB-OPM Kodap III Ndugama-Derakma di bawah pimpinan Panglima Bridgen Egianus Kogeya,” tutur Sebby.

Kabid Humas Polda Papua Komisaris Besar (Kombes) Ignatius Benny saat dihubungi Republika.co.id dari Jakarta, Selasa (7/2/2023) mengabarkan, penyerangan, pembakaran, dan penyanderaan pesawat Susi Air di Lapangan Udara Paro, terjadi pada Selasa (7/2/2023) pagi waktu setempat. Pesawat tersebut dipiloti Kapten Philips Max Marthin asal Selandia Baru.

Pesawat tersebut membawa lima penumpang dari Lapangan Udara Mozes Kilangin, Mimika, menuju Distrik Paro di Nduga. Namun pesawat tersebut diserang dan dibakar oleh KKB Egianus Kogoya.

“Wilayah tersebut masuk dalam markas mereka (KKB),” kata Kombes Benny.

Saat ini, kata Kombes Benny, pasukan Operasi Damai Cartenz sudah melakukan penyisiran di lokasi kejadian. Termasuk kata dia dengan melakukan pengejaran, pemburuan, serta upaya penyelamatan pilot yang diklaim disandera kelompok bersenjata prokemerdekaan Papua tersebut.

“Sampai saat ini, kami sampaikan belum ada informasi tentang korban jiwa. Dan personil sudah didatangkan ke wilayah tersebut,” ujar Kombes Benny.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement