REPUBLIKA.CO.ID, MALATYA– Masjid Baru Malatya (Yeni Camii) yang memiliki nilai sejarah di pusat Kota Malatya, Turki, hancur akibat gempa bumi yang mengguncang negara itu pada Senin (6/2/2023).
Menurut data sementara, gempa bumi yang terjadi di Turki itu telah menewaskan lebih dari 3.000 orang, lebih dari 9.000 warga terluka dan hampir 3.000 bangunan dihancurkan.
Dilansir Daily Sabah pada Selasa (7/2/2023), Masjid Baru Malatya yang baru dipugar dan dibuka untuk ibadah tahun lalu, terkena dampak gempa berkekuatan 7,7 SR yang terjadi pada pukul 04.17 waktu setempat di Distrik Pazarcik di Kahramanmaras.
Ini bukan pertama kali Masjid Baru Malatya mengalami kerusakan parah. Pada 3 Maret 1894, masjid ini juga hancur akibat gempa bumi besar yang terjadi di Turki. Rekonstruksinya dilanjutkan dengan bantuan masyarakat dan diakhiri dengan sumbangan dari Sultan Abdulhamid II.
Pada gempa yang terjadi 14 Maret 1964, masjid tersebut juga rusak parah. Ada retakan di kubah dan beberapa dindingnya serta batu bagian atas kerucut jatuh. Dengan pekerjaan pemugaran oleh Direktorat Jenderal Yayasan, masjid diperbaiki lagi dan menara besar kembali dipasang.
Sementara itu, di Gaziantep, banyak tempat kerja di Bazaar Tukang Tembaga bersejarah juga rusak, hujan salju lebat yang terus menerus membuat tim penyelamat sulit bekerja.
Baca juga: 4 Sosok Wanita yang Bisa Mengantarkan Seorang Mukmin ke Surga, Siapa Saja?
Di Sanlıurfa, Raziye Tanlap, seorang guru, kehilangan nyawanya setelah potongan menara masjid jatuh menimpanya saat gempa. Tanlap yang dibawa ke rumah sakit oleh tim medis tidak dapat diselamatkan meski telah dilakukan intervensi medis.
Dalam insiden terpisah, seorang wanita meninggal ketika tembok sebuah masjid runtuh menimpanya di Distrik Ceyhan, Adana.
Ayse Ciftcier dan putrinya Sevinc Ciftcier, yang tinggal di rumah di Hurriyet Mahallesi ketakutan dan meninggalkan rumah mereka setelah gempa besar kedua yang terjadi di Ceyhan sekitar pukul 13.30 waktu setempat.
Saat mereka melarikan diri dinding masjid runtuh dan keduanya terjebak di bawah puing-puingnya. Belakangan, keponakan Ayse Ciftcier, Ramazan Yildirim, bergegas membantu mereka. Yildirim menarik putrinya keluar dari bawah reruntuhan, tetapi ibunya meninggal karena luka-lukanya.