REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Kedutaan Besar AS di Swedia telah memperingatkan warganya di negara itu tentang kemungkinan serangan balasan sebagai tanggapan atas insiden seorang politisi sayap kanan membakar Alquran.
"Warga AS disarankan berhati-hati ketika pergi ke tempat-tempat umum yang sering dikunjungi oleh banyak orang," kata peringatan keamanan di situs kedutaan yang diposting pada Ahad lalu, memperingatkan kemungkinan serangan oleh aktor yang tidak diketahui dalam menanggapi insiden baru-baru ini di Eropa, yakni pembakaran Alquran.
Seorang politikus anti-imigrasi Swedia membakar salinan Alquran pada protes di Stockholm bulan lalu, dalam rangka penentangan Turki terhadap upaya Swedia untuk bergabung dengan NATO.
“Tempat berkumpul seperti tempat ibadah bisa jadi sasaran. Harap berhati-hati saat berada di dalam, dan di sekitar, semua fasilitas diplomatik,” kata peringatan itu, menasihati warga AS untuk menghindari keramaian dan tidak menonjolkan diri.
Dilansir dari Al Arabiya pada Selasa (7/2/2023), Amerika Serikat belum memperbarui peringatan perjalanannya untuk Swedia, yang saat ini memberi tahu orang Amerika untuk melakukan tindakan pencegahan normal di negara tersebut.
Protes di Stockholm mendapat kecaman tajam dari Turki, yang mengatakan Swedia seharusnya tidak mengizinkan tindakan anti-Islam dan menunda pembicaraan tentang aksesi NATO dengan Swedia dan Finlandia. Kementerian luar negeri Swedia menyarankan warganya di Turki menghindari keramaian dan demonstrasi.
Kedutaan Besar AS di Turki, bersama dengan misi negara-negara Barat lainnya, juga mengeluarkan peringatan keamanan atas kemungkinan serangan balasan terhadap tempat ibadah, menyusul insiden di Swedia dan insiden terpisah yakni dibakarnya Alquran di Belanda dan Denmark.
Dinas keamanan Swedia mengetahui peringatan AS tersebut, kata juru bicara Adam Samara, tetapi mengajukan pertanyaan kepada otoritas AS. Penilaian layanan itu sendiri saat ini adalah ancaman serangan tetap meningkat di level tiga pada skala lima level.