REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok meluncurkan buku berjudul Santri Indonesia di Tiongkok dalam menyambut hari lahir satu abad Nahdlatul Ulama.
"Buku ini merupakan edisi kedua yang lebih lengkap dari buku 'Islam Indonesia dan Islam China' yang terbit pada 2019 lalu," ujar Rois Syuriyah PCINU Tiongkok Ahmad Syaifuddin Zuhri dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (7/2/2023).
Peluncuran sekaligus bedah buku ini diselenggarakan Auditorium FISIP UIN Sunan Ampel Surabaya. Hadir dalam kegiatan tersebut seperti Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing Yudil Chatim, Wakil Konjen RRT di Surabaya Mr. Lai Dan, dan sejumlah organisasi Tionghoa.
Kegiatan itu juga menghadirkan beberapa narasumber sebagai pembedah yakni Wasekjen PBNU Imron Rosyadi, editor senior penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) Candra Gautama,
Kemudian editor buku sekaligus Rois Syuriah PCINU Tiongkok Ahmad Syaifuddin Zuhri dan Hakim peneliti Pusat Kajian Indonesia-Tiongkok (PUSKIT) FISIP UINSA M. Fathoni.
Ahmad Syaifuddin mengatakan buku tersebut berisi tentang pengalaman keagamaan, keislaman, pendidikan, sosial-budaya dan politik, ekonomi, serta perkembangan teknologi di negeri Panda. Di edisi terbaru ini, kata dia, ditambahkan penekanan pada peran dan kontribusi santri dalam meningkatkan hubungan antar masyarakat Indonesia dan Tiongkok.
Sementara itu, Wasekjen PBNU Imron Rosyadi menekankan pentingnya bagi para santri untuk mengejar mimpi belajar ke negeri Panda. Buku Santri Indonesia di Tiongkok menjadi strategis sebagai jembatan kesepahaman hubungan antara Indonesia-Tiongkok.
Hakim Peneliti Pusat Kajian Indonesia-Tiongkok (PUSKIT) FISIP UINSA M. Fathoni menaruh harapan besar terhadap eksistensi PCINU Tiongkok ke depan.
Dengan jumlah anggota lebih dari 500 santri yang sedang menempuh studi di Tiongkok dengan berbagai disiplin ilmu, PCINU bukan hanya berpeluang dalam peningkatan hubungan antar warga Indonesia-Tiongkok yang lebih bersifat sosial-budaya.
"Namun diharapkan para santri di Tiongkok bisa menjadi fasilitator dalam peningkatan ekonomi dan Pendidikan di kedua negara. Isu industri halal (halal food, halal tourism, halal pharmaceutical, halal standard and certification) bisa menjadi konsentrasi ke depan," kata dia.
Menurutnya, investasi Tiongkok di Indonesia yang mayoritas di aspek energi dan sumber daya alam juga menarik untuk diperhatikan. Apalagi tempat investasi tersebut berada di basis NU, maka peran fasilitator bisa diambil oleh PCINU ke depan.