REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur mengingatkan kepada masyarakat untuk selalu waspada dengan potensi penularan penyakit malaria. Pasalnya, penyakit ini sudah menyebar di sejumlah wilayah Kaltim.
Kepala Dinkes Kaltim, dr Jaya Mualimin mengatakan, memasuki awal tahun 2023 ini telah terdata 61 kasus positif malaria. Jaya mengungkapkan, sebaran kasus positif malaria tersebut ditemukan di Penajam Paser Utara 2 kasus, Kutai Timur 38 kasus, Berau 2 kasus, Kutai Barat 3 kasus dan Balikpapan 16 kasus.
"Penajam Paser Utara masih jadi yang tertinggi untuk angka kesakitan malaria (API) di angka 6,44 poin," kata Jaya Mualimin di Samarinda, Selasa (7/2/2023).
Ia menjelaskan, API merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan tren morbiditas malaria dan menentukan endemik suatu daerah. Menurut Jaya, Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasomodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Gigitan nyamuk tersebut membuat parasit masuk, mengendap di organ hati, dan menginfeksi sel darah merah. Jenis nyamuk Anopleles banyak dijumpai lingkungan hutan, sedangkan nyamuk yang biasanya berada di Kota biasanya jenis Aedes Aegypti yang dapat membawa penyakit DBD.
Jaya menjelaskan, masyarakat yang terindikasi positif menderita penyakit malaria tersebut, mayoritas merupakan perajin kayu atau pekerja perusahaan perkebunan.
"Faktor cuaca juga menjadi salah satu penyebab utama merebaknya malaria. Hal ini membuat tubuh masyarakat lebih rentan terkena malaria," jelasnya.
Untuk itu masyarakat harus tetap waspada terhadap penularan penyakit malaria, khususnya yang tinggal atau berdomisili di lingkungan hutan.