Rabu 08 Feb 2023 16:47 WIB

Berkejaran dengan Waktu, Korban Gempa Turki 9.638 Orang

Dirjen WHO mengingatkan, semua pihak kehabisan waktu untuk menyelamatkan korban.

 Seorang pria menggendong seorang gadis yang diselamatkan dari puing-puing bangunan yang runtuh di Hatay, Turki, Selasa (7/2/2023).  Ribuan orang meninggal ribuan lainnya luka-luka setelah gempa bumi besar melanda Turki selatan dan Suriah utara pada 06 Februari. Pihak berwenang khawatir jumlah korban tewas akan terus meningkat karena tim penyelamat mencari korban selamat di seluruh wilayah.
Foto: EPA-EFE/ERDEM SAHIN
Seorang pria menggendong seorang gadis yang diselamatkan dari puing-puing bangunan yang runtuh di Hatay, Turki, Selasa (7/2/2023). Ribuan orang meninggal ribuan lainnya luka-luka setelah gempa bumi besar melanda Turki selatan dan Suriah utara pada 06 Februari. Pihak berwenang khawatir jumlah korban tewas akan terus meningkat karena tim penyelamat mencari korban selamat di seluruh wilayah.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Tim penyelamat terus bekerja seiring terus bertambahnya korban gempa bumi Turki-Suriah yang menyentuh 9.000 orang lebih, Rabu (8/2/2023). Merujuk keterangan para pejabat dan medis, korban meninggal di Turki sudah 7.108 orang sedangkan di Suriah 2.530 orang. 

Dengan demikian, total kematian akibat gempa berkekuatan 7,8 magnitudo pada Senin itu menjadi 9.638 orang. Namun, jumlah korban kemungkinan bakal terus bertambah. Harapan menyelamatkan banyak orang kian pudar. 

Hampir dua hari setelah sebuah apartemen runtuh Kahramanmaras, kota di Turki yang tak jauh dari pusat gempa, tim penyelamat menarik seorang bocah laki-laki tiga tahun dari bawah reruntuhan bangunan. Ayah sang bocah, Ertugrul Kisi lebih dulu diselamatkan. 

Ia terenyuh melihat anaknya ditarik dari balik reruntuhan kemudian diangkut ambulans. Beberapa jam berselang, tim berhasil pula menyelamatkan gadis 10 tahun dari reruntuhan rumahnya di Kota Adiyaman. 

Baca juga : Cerita WNI di Turki Saat Terjadi Gempa

Di tengah tepuk tangan warga , kakek si gadis kecil mencium cucunya itu dan membisikan kata-kata kepadanya saat dipindahkan ke ambulans. Di Kota Jindires, Suriah, warga menemukan bayi yang tali pusarnya masih terhubung dengan ibunya yang meninggal.

Bayi ini satu-satunya yang selamat dari keluarga tersebut. Relawan White Helmet menuturkan, 1.280 meninggal di wilayah barat daya Suriah itu. Lebih dari 2.300 terluka. Pemerintah Suriah melaporkan bertambahnya jumlah kematian, 1.250 orang. 

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan, semua pihak kehabisan waktu untuk menyelamatkan ribuan korban terluka dan yang masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang ambruk. Meski, tim dari 20 negara telah bergabung dengan 24 ribu personel tim penyelamat Turki. 

Seakan menyepakati pandangan Ghebreyesus bagi mereka yang kerabatnya masih terjebak di antara reruntuhan bangunan, bantuan datang terlalu lamban. ‘’Saya tak bisa mendapatkan kembali kakak, keponakan saya. Lihat, tak ada pejabat di sini,’’ ujarnya seperti dilansir Aljazirah.

Bagi para penyintas, terpaan kondisi buruk juga harus dihadapi. Mereka berteduh di masjid, sekolah, bahkan halte bus dari sergapan dinginnya salju dan hujan yang menusuk. Mereka membakar puing-puing yang masih ada untuk menghangatkan tubuh, mengusir jahatnya hawa dingin. 

Baca juga : Teriakan Putus Asa Korban Gempa Turki

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement