Rabu 08 Feb 2023 17:48 WIB

Sesuai Prediksi, Bank Sentral India Naikkan Suku bunga 25 Bps

Analis memprediksi kenaikan suku bunga kali ini merupakan yang terakhir.

Red: Friska Yolandha
Seorang pekerja membersihkan dinding kompleks kantor pusat Reserve Bank of India (RBI) di Mumbai, India, Rabu, 8 Februari 2023.
Foto: AP Photo/Rajanish Kakade
Seorang pekerja membersihkan dinding kompleks kantor pusat Reserve Bank of India (RBI) di Mumbai, India, Rabu, 8 Februari 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, MUMBAI -- Reserve Bank of India menaikkan suku bunga repo utamanya sebesar seperempat poin persentase (25 basispoin) pada Rabu (8/2/2023). Kenaikan ini telah diprediksi sebelumnya.

Bank sentral mengejutkan pasar dengan membiarkan pintu terbuka untuk pengetatan lebih lanjut dan mengatakan inflasi inti tetap tinggi. Bank sentral mengatakan bahwa sikap kebijakannya tetap terfokus pada penarikan akomodasi, dengan empat dari enam anggota memberikan suara mendukung posisi itu.

Baca Juga

Sebagian besar analis memperkirakan kenaikan pada Rabu menjadi kenaikan terakhir dalam siklus pengetatan RBI saat ini. Bank sentral telah menaikkan suku bunga sebesar 250 bps sejak Mei tahun lalu.

Semakin banyak bank sentral di seluruh dunia telah mengisyaratkan jeda atau penghentian dalam kampanye pengetatan mereka dalam beberapa pekan terakhir karena inflasi konsumen mereda. Bank sentral mengerem kenaikan suku bunga karena melihat pertumbuhan ekonomi menunjukkan tanda-tanda pelunakan.

Saham India memperpanjang kenaikan moderat setelah keputusan tersebut, sementara imbal hasil obligasi naik dan rupee sedikit berubah.

Tingkat inflasi ritel tahunan India turun menjadi 5,72 persen pada Desember dari 5,88 persen pada bulan sebelumnya. Tingkat inflasi turun di bawah batas toleransi atas RBI sebesar 2 persen-6 persen untuk bulan kedua berturut-turut, meskipun inflasi inti, tidak termasuk harga makanan dan bahan bakar yang lebih tidak stabil, masih berjalan di 6,1 persen. Inflasi konsumen diproyeksikan sebesar 6,5 persen pada tahun fiskal 2023 dan 5,3 persen untuk tahun fiskal 2024.

"Tampaknya masuk akal untuk menyimpulkan bahwa sampai (beberapa) ukuran inflasi kurang mengancam, dengan jatuh di bawah 6 persen dan bertahan di sana selama beberapa bulan, kami tidak dapat mengesampingkan kenaikan suku bunga lebih lanjut," kata ekonom di ING dalam sebuah catatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement