Kamis 09 Feb 2023 05:00 WIB

Balon Mata-Mata Cina Pernah Terlihat di Atas Hawaii dan Florida Pada 2019

Cina mengendalikan balon yang mampu beroperasi di ketinggian 65 ribu-328 ribu kaki.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
 Dalam foto yang disediakan oleh Chad Fish ini, sisa-sisa balon besar melayang di atas Samudra Atlantik, tepat di lepas pantai Carolina Selatan, dengan jet tempur dan contrailnya terlihat di bawahnya,  Sabtu (4/2/2023). Jatuhnya balon mata-mata Cina yang dicurigai ditembak oleh jet tempur F-22 .
Foto: Chad Fish via AP
Dalam foto yang disediakan oleh Chad Fish ini, sisa-sisa balon besar melayang di atas Samudra Atlantik, tepat di lepas pantai Carolina Selatan, dengan jet tempur dan contrailnya terlihat di bawahnya, Sabtu (4/2/2023). Jatuhnya balon mata-mata Cina yang dicurigai ditembak oleh jet tempur F-22 .

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah balon mata-mata Cina melintasi Hawaii dan Florida saat mengelilingi dunia pada tahun 2019. Menurut laporan intelijen angkatan udara AS yang ditinjau oleh CNN, Cina meluncurkan dan mengendalikan balon yang mampu beroperasi pada ketinggian 65.000 kaki hingga 328.000 kaki selama berbulan-bulan pada 2019.

Berita tentang laporan intelijen tersebut muncul di tengah ketegangan yang meningkat antara AS dan Cina, terkait Balon mata-mata Cina yang melintasi wilayah udara AS sebelum ditembak jatuh di atas Samudra Atlantik pada Ahad (5/2/2023).

Baca Juga

Cina mengklaim bahwa balon itu terlibat dalam pengamatan cuaca. Cina mengatakan, tanggapan AS terkait balon itu terlalu berlebihan dan tidak bertanggung jawab. Pada Selasa (7/2/2023) Departemen Pertahanan AS mengatakan, Beijing menolak permintaan panggilan antara kepala Pentagon, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin. 

“Pada hari Sabtu, 4 Februari, segera setelah mengambil tindakan untuk menjatuhkan balon Cina, Departemen Pertahanan AS mengajukan permintaan panggilan aman antara Austin dan Menteri Pertahanan Nasional Cina Wei Fenghe. Sayangnya Cina telah menolak permintaan kami. Komitmen kami untuk membuka jalur komunikasi akan terus berlanjut,” ujar juru bicara Pentagon, Pet Ryder, dilaporkan The Guardian, Selasa (7/2/2023).

Pejabat Pentagon mengatakan, Cina telah mengirim tiga balon ke wilayah AS selama pemerintahan mantan presiden Donald Trump. Trump dan mantan menteri pertahanan Mark Esper membantah mengetahui tentang balon itu. Seorang pejabat pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan kepada CNN bahwa, insiden tersebut baru diketahui setelah Biden menjabat.

komandan Komando Pertahanan Ruang Angkasa Amerika Utara (Norad), Jenderal Glen VanHerck, pada Senin (6/2/2023) mengatakan, militer AS memiliki "kesenjangan kesadaran domain" di sekitar ketinggian balon, yang mencegahnya mendeteksi serangan pada saat itu. VanHerck mengatakan, komunitas intelijen menggunakan sarana pengumpulan tambahan, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Penasihat keamanan nasional, Jake Sullivan, mengatakan, peningkatan kemampuan pengawasan militer AS telah ditingkatkan untuk dapat mendeteksi hal-hal yang tidak dapat dideteksi oleh pemerintahan Trump. “Kami dapat kembali dan melihat pola sejarah, misalnya balon Cina memasuki wilayah udara AS selama pemerintahan Trump," ujar Sullivan.

Angkatan Laut AS menggunakan kendaraan bawah air tak berawak untuk menemukan puing-puing yang tenggelam dari balon mata-mata Cina tersebut. VanHerck mengatakan, puing-puing itu tersebar di area berukuran sekitar 1500 meter dengan kedalaman air sekitar 50 kaki. FBI dan Dinas Investigasi Kriminal Angkatan Laut berpartisipasi dalam upaya mengumpulkan puing-puing itu.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Mao Ning, mengatakan, Beijing akan dengan tegas melindungi hak dan kepentingannya yang sah atas penghancuran balon tersebut. Mao juga mengatakan bahwa balon itu milik Cina.

“Balon itu bukan milik AS,” kata Mao.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement