Kamis 09 Feb 2023 06:20 WIB

Sengkarut BRIN dan Ekosistem Riset yang Terseok-seok (Bagian 2)

Peneliti dan periset saat ini dinilai sudah putus asa dan hanya bisa pasrah.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Teguh Firmansyah
Ilustrasi Gedung Badan Riset Inovasi dan Teknologi (BRIN)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi Gedung Badan Riset Inovasi dan Teknologi (BRIN)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persoalan pada ekosistem riset dinilai bukan hanya terjadi di dalam tubuh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saja, melainkan juga terjadi di dalam satu konstruksi nasional. Ketidakpedulian terhadap riset dan ilmu pengetahuan menjadikan apa yang dicita-citakan bangsa dan negara menjadi kontraproduktif.

"Concern kami ini tidak hanya terjadi di dalam tubuh BRIN sendiri, tetapi kami melihat ada satu konstruksi nasional kita yang tidak peduli riset. ini yang menurut saya jadi kontraproduktif," ujar peneliti di Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkuler BRIN, Maxensius Tri Sambodo, kepada Republika, Rabu (8/2/2023).

Baca Juga

Ekosistem riset yang baik, yang dapat memberikan kebebasan kepada para periset untuk meneliti, penting untuk dihadirkan. Dengan ekosistem riset yang baik, periset dan peneliti dapat melakukan hal-hal bermanfaat dalam upaya mencapai tujuan-tujuan hidup berbangsa dan bernegara, yakni meningkatkan daya saing ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan lainnya.

"Untuk menuju hal itu tentu peneliti dan periset harus diberikan ekosistem yang baik, (dengan) anggaran yang memadai, infrastruktur yang unggul, lingkungan kerja yang bersahabat, dan seterusnya. Termasuk juga kepekaan di dalam merespons keinginan-keinginan baik dari para periset," kata pria yang kerap disapa Max itu.

Menurut Max, semua itu saat ini tidak berjalan dengan optimal dan baik. Berbagai upaya untuk menyampaikan persoalan-persoalan ekosistem riset di Indonesia sudah dilakukan, mulai dari melalui dialog publik, pemberitaan, berkomunikasi dengan DPR dan Wakil Presiden, bahkan hingga bersurat kepada Presiden. Dia mengaku, peneliti dan periset saat ini sudah putus asa dan hanya bisa pasrah dengan kondisi yang ada.

"Ini yang sebetulnya membuat kami agak putus asa. Bagaimana ini? Padahal, kita tahu ilmu pengetahuan adalah pilar kemajuan bangsa. Ilmu pengetahuan adalah cara kita untuk menjadi negara maju. Ilmu pengetahuan adalah basis suatu peradaban bangsa, yang harusnya dikawal dengan sebaik-baiknya dengan penuh kepedulian dan kepekaan," kata dia menjelaskan.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement