REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Misteri siapa yang bertanggung jawab atas ledakan Nord Stream 2, mulai terungkap. Jurnalis AS pemenang Pulitzer, Seymour Hersh menyatakan, AS di balik peristiwa ini. Para penyelam AL AS menempatkan bom untuk meledakkan Nord Stream 2.
Nord Stream 2, jaringan pipa bawah laut yang mengalirkan gas dari Rusia ke negara Eropa ini meledak September tahun lalu, menyusul invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari. Jaringan pipa gas ini berada di Laut Baltik.
Ledakan bom yang dipicu dari jarak jauh itu menghancurkan tiga dari empat jaringan pipa. ‘’AL Amerika melakukan operasi ini dengan menyamar menjadi bagian dari latihan maritim NATO, BALTOPS 22,’’ ujar jurnalis berusia 85 tahun, dikutip New York Post, Rabu (8/2/2023).
Menurut Hersh, militer AS terlibat dalam ledakan tersebut dan Presiden Joe Biden memberikan lampu hijau atas operasi itu. Mengutip seorang sumber, ia mengatakan, penyelam menempatkan C4 saat latihan NATO pada Juni tahun lalu, meledakkannya tiga bulan kemudian dari jarak jauh.
‘’Presiden Joseph Biden memandang jaringan pipa itu menjadi kendaraan bagi Presiden Rusia Vladimir Putin bagi ambisi politik dan teritorialnya,’’ ujar Hersh dalam tulisan di blog yang dipublikasikan Rabu waktu setempat.
Hersh pernah melakukan investigasi mengenai pembantain warga sipil Vietnam oleh pasukan Amerika. Ia juga mengungkapkan kisah mengenai kebrutalan pasukan AS pada para tahanan warga Irak di Penjara Abu Ghraib setelah invasi Irak pada 2003.
Rusia mendesak AS memberikan penjelasan mengenai hal ini. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyatakan, AS punya pertanyaan yang harus dijawab. Mestinya, AS merespons pernyataan yang dilontarkan Hersh.
‘’Gedung Putih sekarang mesti berkomentar atas semua fakta ini,’’ kata Zakharova seperti dikutip Aljazirah. Rusia tanpa menyampaikan bukti-bukti, berulang kali menyatakan anggota NATO berada di belakang ledakan jaringan pipa pada September lalu.
Dalam pernyataan pendek, juru bicara Pentagon, Letnan Kolonel Garron J Garn menegaskan,’’AS tak terlibat dalam ledakan Nord Stream.’’ Ini menegaskan kembali pernyataan Kementerian Pertahanan AS pada Oktober tahun lalu.
Gedung Putih pada Rabu juga membantah pernyataan Hersh. ‘’Ini salah dan sepenuhnya fiksi,’’ jelas juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Adrienne Watson. Badan Intelijen AS (CIA) juga menyampaikan bantahan senada.