REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Semangat pembentukan Liga Super Eropa (ESL) belum benar-benar meredup. Para penggagas masih bermanuver.
A22, perusahaan yang dibentuk untuk memutar ESL, berbicara ke media mengenai gebrakan terbaru mereka. CEO A22 Bernd Reichart menjelaskan prinsip-prinsip yang mendasari proyek ini.
Niat untuk memisahkan diri dari UEFA bukan hal pokok yang dikampanyekan. Pasalnya ide tersebut gagal membuat ajang ini berjalan sesuai rencana, awalnya. Perlu ada modifikasi.
Dalam sebuah pernyataan yang menguraikan hasil awal pembicaraan yang dilakukan A22 dengan 50 klub Eropa dan pemangku kepentingan sepak bola, perusahaan itu mengatakan perubahan diperlukan.
"Sebagian besar dari mereka berbagi penilaian bahwa fondasi sepak bola Eropa terancam, dan inilah saatnya untuk perubahan," kata Reichart, dikutip Reuters.
"Umpan balik menunjukkan liga sepak bola Eropa yang terbuka, hanya berdasarkan prestasi olahraga, multidivisi dengan 60 hingga 80 klub dan minimal 14 pertandingan Eropa yang dijamin per klub."
Saat ini, ESL tengah menunggu keputusan pengadilan atas perseteruan mereka dengan UEFA. Reinhart mengatakan, target mereka adalah menyajikan proyek olahraga yang berkelanjutan untuk kompetisi klub Eropa yang tersedia untuk, minimal, semua 27 negara anggota Uni Eropa sesegera mungkin setelah menerima putusan.
"Masalahnya jelas, dan tindakan harus diambil untuk kepentingan fans, pemain, dan klub," kata Reichart.
Ia menyebutkan ada 10 prinsip yang muncul dari diskusi dengan klub-klub tersebut. Berbagai isu penting dibahas. Termasuk bagaimana akses ke turnamen tersebut.
Kemudian komitmen dan rasa hormat terhadap liga domestik. Peningkatan kesinambungan finansial dari klub peserta. Upaya memperkuat kompetisi, lalu menjaga para pemain yangt bersaing di dalamnya agar lebih menarik bagi audiens di usia yang lebih muda.
"Ada juga bagian tentang sepak bola wanita, penggemar, serta solidaritas antarklub dan institusi, termasuk Uni Eropa," demikian laporan yang dikutip dari AS.
Reichart mengatakan pada Oktober 2022 kubunya memulai proses dialog terbuka tentang masa depan sepak bola Eropa. Mereka sudah menjalin komunikasi dengan hampir 50 klub dan para pemain.
"Kesimpulan yang diperoleh, fondasi di mana sepak bola Eropa didirikan, sangat terancam. Waktunya telah tiba untuk melakukan perubahan," ujar sang CEO.
Lembaga Peradilan Tertinggi Uni Eropa akan memutuskan litigasi antara Liga Super Eropa dan UEFA. Ada klaim yang menyebut UEFA menjalankan dugaan monopoli bertentangan dengan prinsip, nilai, dan kebebasan Uni Eropa.
Sebelumnya, sejumlah tim besar awalnya menjadi bagian dari konsep Liga Super Eropa. Ada Manchester United, Manchester City, Arsenal, Chelsea, Liverpool, Tottenham Hotspur, Real Madrid, Barcelona, Atletico Madrid, Juventus, AC Milan, serta Inter Milan.