REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dan Malaysia sepakat melindungi sektor kelapa sawit dengan memperkuat upaya dan kerja sama mengatasi diskriminasi terhadap kelapa sawit. Keduanya pun bersinergi dalam menanggapi kebijakan sepihak yang mempengaruhi komoditas itu.
"Kami melakukan pertemuan terutama terkait industri kelapa sawit. Dalam pertemuan ini dibahas beberapa masalah mendesak dari industri kelapa sawit," ujar Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers usai melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Perladangan dan Komoditas Malaysia Dato' Sri Fadillah Yusof di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Kamis (8/2/2023).
Pertemuan dilakukan di tengah Uni Eropa (UE) mengeluarkan aturan pembatasan penjualan minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) karena deforestasi. UE resmi mengesahkan undang-undang pembatasan masuknya produk yang berkaitan dengan deforestasi pada 2022.
Ada enam komoditas berbasis lahan yang dipersulit masuk UE yaitu kopi, daging sapi, kedelai, cokelat, karet, dan minyak kelapa sawit. Keputusan itu tidak diterima oleh negara produsen terbesar kelapa sawit seperti Indonesia dan Malaysia.
"Pertemuan ini sepakat untuk memanfaatkan keterlibatan negara-negara pengimpor utama. Itu melalui dialog kebijakan dan sehubungan tersebut, stategi untuk pengakuan ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil) dan MSPO (Malaysia Sustainable Palm Oil) yang lebih luas di pasar global," tuturnya.
Pertemuan itu, lanjutnya, juga membahas strategi perluasan keanggotaan Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC). Indonesia dan Malaysia sepakat memasukkan negara Honduras dalam waktu dekat sebagai anggota ketiga CPOPC.
Pada kesempatan tersebut, Indonesia pun menyerahkan keketuaan CPOPC kepada Malaysia. "Diharapkan CPO berperan lebih agar bisa membantu program pengentasan kemiskinan di Indonesia dan Malaysia," ujar Airlangga.
Dato' Sri Fadillah Yusof menambahkan, dengan penyerahan kepemimpinan CPOPC ke Malaysia, kedua negara akan menyusun strategi bersama. "Kita akan bawa bersam pekebun-pekebun (kelapa sawit) kecil agar kita dapat maklumat sebenarnya apakah telah diamalkan, ini komitmen penting," ujar dia pada kesempatan serupa.