Jumat 10 Feb 2023 05:00 WIB

Analis: Produsen Susu Formula Eksploitasi Kecemasan Orang Tua Terhadap Kesehatan Bayinya

Produsen susu formula dituding membuat klaim menyesatkan, seolah ASI tak cukup.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Penghentian produksi menyusul penarikan kembali telah mengakibatkan hampir kosongnya rak-rak susu formula bayi di supermarket Kroger di Decatur, Georgia, AS, 11 Mei 2022. Analis menilai produsen susu formula telah memasarkan produknya dengan mengeksploitasi emosi orang tua.
Foto: EPA-EFE/ERIK S. LESSER
Penghentian produksi menyusul penarikan kembali telah mengakibatkan hampir kosongnya rak-rak susu formula bayi di supermarket Kroger di Decatur, Georgia, AS, 11 Mei 2022. Analis menilai produsen susu formula telah memasarkan produknya dengan mengeksploitasi emosi orang tua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para analis menilai banyak perusahaan susu formula yang diduga mengeksploitasi emosi orang tua dan "memanipulasi" data ilmiah untuk meningkatkan penjualan produk. Hal itu diungkapkan dalam sebuah analisis baru yang dipublikasikan di The Lancet.

Analisis, yang dipimpin oleh Profesor Nigel Rollins dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) itu menilai diperlukan tindakan keras untuk mengatasi klaim menyesatkan yang dibuat oleh industri susu formula. Tahun lalu, terjadi krisis susu formula di Amerika Serikat (AS) yang menyebabkan para orang tua kesulitan mendapatkan produk di pasaran.

Baca Juga

Kondisi krisis itu dipicu setelah produsen Abbott menarik produk secara besar-besaran, setelah ada laporan dua bayi meninggal. Menurut rekan penulis studi, dr Cecília Tomori, telah ditemukan pengaruh besar dari produsen susu formula terhadap orang tua yang memiliki bayi.

"Sistem pengaruh yang melibatkan perusahaan susu formula komersial, jauh lebih meresap dan berpengaruh bagi daripada yang diperkirakan sebelumnya," kata Tomori yang merupakan ahli laktasi dan profesor di Johns Hopkins School of Nursing.

Berikut bebeapa fakta yang perlu diketahui ibu menyusui:

Bukti ilmiah sangat mendukung manfaat menyusui bayi baru lahir, jika memungkinkan dan diinginkan. Menyusui memiliki manfaat kesehatan yang terbukti baik bagi ibu dan bayi.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), bayi yang disusui memiliki risiko penyakit lebih rendah termasuk asma, obesitas, diabetes tipe 1, dan sindrom kematian bayi mendadak.

Bayi juga dapat menerima antibodi dari air susu ibu (ASI), yang bermanfaat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu melindungi mereka dari penyakit. Sementara itu, menyusui juga menurunkan risiko kanker payudara, ovarium, diabetes tipe 2, serta tekanan darah tinggi (hipertensi) pada ibu.

Penulis studi mengatakan banyak ibu baru yang mampu menyusui, namun memilih untuk tidak melakukannya. Menurut analis, produsen susu formula menggunakan taktik eksploitatif untuk menjual produk seperti memanfaatkan kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan dan perkembangan bayi mereka.

Misalnya, produsen produk menyatakan susu formula bisa membantu orang tua mengatasi tidur yang terganggu dan atau meredakan tangisan bayi. Hal itu dinilai seolah menyiratkan bahwa ASI saja tidak cukup.

Industri susu formula menggunakan sains yang buruk untuk promosi, dengan sedikit bukti pendukung. Produk mereka kerap dikatakan sebagai solusi untuk tantangan kesehatan dan perkembangan bayi.

Rekan penulis Profesor Linda Richter, dari Wits University di Afrika Selatan, juga mengatakan bahwa iklan susu formula sering kali dibalut dengan manfaat untuk mengatasi kerewelan, kolik, memperpanjang waktu tidur malam, dan bahkan mendorong kecerdasan yang unggul. Iklan susu formula akan menawarkan manfaat produk dengan penggunaan kata kunci seperti "otak", "neuro", dan"IQ" yang menyoroti pertumbuhan awal.

"Padahal, penelitian menunjukkan tidak ada manfaat dari bahan produk ini pada kinerja akademik atau kognisi jangka panjang," kata Richter, seperti dikutip dari ABC News, Kamis (9/2/2023).

Analisis juga menduga bahwa perusahaan susu formula menggunakan iklan untuk menyiratkan bahwa susu formula adalah pilihan yang "memberdayakan" bagi ibu bekerja. Ibu bekerja sering kali dianggap tidak memiliki cukup waktu atau dukungan menyusui dari tempat kerja mereka.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement