Kamis 09 Feb 2023 21:29 WIB

Tak Bisa Hindari Macet di Kota Bandung, Ternyata Ini Penyebabnya

Pada jam sibuk kemacetan hampir tak bisa dihindari di Kota Bandung.

Red: Nora Azizah
Kepadatan lalu lintas di kawasan Alun-alun Kota Bandung, Jalan Asia Afrika.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Kepadatan lalu lintas di kawasan Alun-alun Kota Bandung, Jalan Asia Afrika.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung mencatat jumlah kendaraan di Kota Bandung, Jawa Barat, nyaris sama dengan jumlah populasi penduduk. Hal ini yang disebut menjadi penyebab kemacetan tak bisa dihindari di Kota Bandung.

Kabid Lalu Lintas dan Perlengkapan Jalan Dishub Kota Bandung Khairul Rijal mengatakan, jumlah kendaraan di Kota Bandung, yakni sebanyak 2,2 juta unit, sedangkan jumlah penduduk yakni sebanyak 2,4 juta jiwa.

Baca Juga

"Volume kendaraan saat ini yang domisili Kota Bandung saja itu sudah 2,2 juta unit, dengan 1,7 juta motor dan mobil 500 ribuan, nyaris satu banding satu dengan jumlah masyarakat," kata Rijal di Bandung, Jawa Barat, Kamis (9/2/2023).

Selain itu, menurutnya, jumlah kendaraan itu semakin bertambah tiap tahunnya, tetapi luas jalan yang ada di Kota Bandung belum ada pertambahan yang signifikan. Berdasarkan catatannya, banyaknya volume kendaraan di Kota Bandung bisa dilihat dari data kendaraan yang melintas di persimpangan Kiaracondong-Soekarno Hatta.

Karena, kata dia, di kawasan timur Kota Bandung banyak pemukiman sehingga masyarakat hanya mengandalkan Jalan Soekarno-Hatta untuk menuju ke pusat kota. Pada jam sibuk di pagi hari mulai dari pukul 06.00-09.00 WIB, menurutnya, ada sekitar 29 ribu kendaraan dari arah timur yang mengarah ke utara di simpang tersebut. Sedangkan dari arah timur ke barat menurutnya ada 22 ribu kendaraan.

"Artinya dominan kalau pagi hari, itu hampir 50 ribu dalam tiga jam," kata dia.

Menurutnya, hal itu pun menyebabkan pihaknya perlu melakukan pengaturan lalu lintas, diantaranya dengan mengatur siklus waktu lampu merah di sejumlah persimpangan, termasuk di Simpang Kiaracondong-Soekarno Hatta.

"Yang selama ini kita lakukan, dari pagi sampai malam itu melakukan pengaturan di simpang-simpang tertentu yang sudah jenuh," kata dia.

Untuk itu, ia mengimbau kepada masyarakat agar beralih ke transportasi publik. Karena, kata dia, penggunaan kendaraan pribadi menjadi faktor utama timbulnya kemacetan.

"Kita pengguna kendaraan pribadi mengeluh macet, sementara itu kita lupa bahwa kemacetan itu disebabkan oleh kendaraan pribadi, jadi siapa penyumbang kemacetan, ya kita," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement