REPUBLIKA.CO.ID, JAKARAT -- Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) Sulawesi Selatan menggelar diskusi bertema “Pers Sebagai Agen Literasi Zakat”, di Cafe Butter Book, tepat di samping kantor IZI, Jalan Emy Saelan, Kota Makassar, Kamis sore, (9/2/2023).
Kepala Cabang IZI Sulsel, Ramli, SHI., mengatakan diskusi sederhana ini digelar dalam rangka turut menyemarakkan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2023, dan sebagai bentuk apresiasi kepada insan media di Kota Makassar yang selama ini telah menjadi mitra IZI dalam kegiatan publikasi.
“Kami dari IZI Sulsel, mengucapkan Selamat Hari Pers 2023 buat teman-teman media semua,” ujarnya disambut tepuk tangan.
Dalam materinya, Ramli menyampaikan secara rinci tentang profil IZI Sulsel sebagai lembaga zakat resmi yang diakui pemerintah di tingkat pusat dan di tingkat provinsi.
Kepada awak media, alumnus UIN Alauddin Makassar itu, juga menjelaskan tentang pengertian zakat, infaq dan sedekah.
Ramli mengatakan bahwa potensi zakat, khususnya di Sulsel, mencapai Rp 7,9 triliun, sedangkan penerimaan dari kalangan lembaga zakat belum mampu mencapai 10 persen.
“Oleh karenanya, bersama-sama dengan lembaga pegiat zakat lainnya, ini yang kami kejar,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Ramli pun memperlihatkan gambar melalui tampilan slide presentase sejumlah kegiatan IZI Sulsel di lapangan, seperti penyaluran bantuan kemanusiaan, kegiatan dakwah, beasiswa pendidikan, mendorong kemajuan ekonomi umat, hingga layanan kesehatan.
Sementara itu, Irfan Abdul Gani, yang juga sebagai pembicara dalam diskusi itu, memaparkan tentang materi jurnalisme profetik atau jurnalis kenabian.
Menurutnya, berbicara tentang zakat, maka pola yang dilakukan adalah dengan pendekatan konsep jurnalisme profetik.
“Karena zakat ini adalah bahagian dari syariat Islam, perintah Allah di dalam Kitab Suci Alqur’an, dan merupakan rukun Islam yang ke-3,” terangnya.
Irfan, sosok jurnalis yang dikenal cukup akrab dengan kalangan aktivis ormas Islam di Kota Makassar itu, mengatakan jurnalis juga mesti menjadkan zakat sebagai berita penting dan menarik untuk dikonsumsi publik.
“Sebab, asas manfaat dari zakat ini sangat luar biasa, sementara, terkadang redaktur media di kantor itu mempertanyakan dari sisi manfaat dari sebuah pemberitaan, dan zakat inilah manfaatnya sangat luar biasa, sebagaimana kerja-kerja dari IZI Sulsel,” katanya.
Irfan juga mengingatkan bahwa memberitakan zakat sama halnya mensyiarkan syariat Islam. Sehingga, dia menyebut, aktivitas peliputan zakat akan bernilai pahala.
“Jika ustadz berdakwahnya di atas mimbar, maka berdakwahnya wartawan dengan lewat tulisan, karena ini adalah syariat Islam yang kita beritakan atau syiarkan, maka tentu bernilai pahala di sisi Allah,” pungkasnya.
Belasan wartawan dari berbagai media menjadi peserta dalam kegiatan itu. Juga tampak dua aktivitas Islam Makassar, yakni Ustadz Ichwan Jufri, yang juga praktisi lembaga zakat dan kemanusiaan, serta Ustadz Ahmad Firdaus. Mereka berbaur bersama dengan jurnalis dalam mengikuti jalannya diskusi dari awal sampai akhir.