REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Salah satu faktor utama yang diperlukan untuk menguatkan performa industri asuransi adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI), Chandra Wijaya mengatakan, SDM adalah salah satu kunci kemajuan sektor asuransi dan industri keuangan secara keseluruhan.
"Saat ini, Indonesia masih kekurangan banyak SDM dengan kompetensi ekonomi dan keuangan, dan juga industri keuangan syariah," katanya, Jumat (10/2/2023).
Chandra Wijaya mengatakan ilmu asuransi telah ada di Universitas Indonesia sejak tahun 1960-an. Dengan perkembangan sektor asuransi saat ini yang didominasi oleh perusahaan multinasional, maka diperlukan adanya sinergi antarlembaga untuk memaksimalkan potensi yang ada.
Untuk itu, FIA UI menjalin kerja sama dengan Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI) dan INASIA yang merupakan lembaga pendidikan nonformal bidang perasuransian. FIA UI melalui Klaster Riset Risk Governance Centre (RGC) berharap dapat menjadi motor untuk menggerakkan potensi SDM asuransi di Indonesia. Terlebih jumlah pemegang polis asuransi di Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di Asia.
Kerja sama tersebut dilakukan dalam hal pengembangan SDM bidang perasuransian. Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia serta membangun integritas yang tinggi, yang saat ini sangat dibutuhkan oleh industri asuransi di seluruh belahan dunia.
Sekretaris perusahaan INASIA, Michael Sinaga menyebutkan bahwa INASIA ingin meningkatkan kualitas sumber daya manusia di industri asuransi dengan menyediakan talenta yang memiliki kualifikasi dan integritas yang tinggi sesuai dengan kebutuhan industri asuransi.
Ia menyebut bahwa peningkatan kualitas SDM akan berimplikasi juga pada peningkatan perkembangan industri asuransi di Indonesia.
Ketua Bidang Pengembangan Standar Kompetensi Asuransi Jiwa AAMAI, Prihantoro menjelaskan jumlah anggota AAMAI yang telah melakukan sertifikasi mencapai 9.737 orang. Namun hanya sejumlah 3.000-an yang aktif mengimplementasikan keilmuan asuransi.
"Hal ini kami sadari bahwa perlu dan penting untuk mengelola potensi sumber daya manusia di bidang asuransi agar pasar asuransi dapat dimaksimalkan oleh perusahaan-perusahaan nasional," katanya.