REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Konvoi bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pertama telah menyeberang ke barat laut Suriah melalui Turki. Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan, enam truk barang-barang untuk tempat berlindung dan barang-barang non-makanan, termasuk selimut dan perlengkapan kebersihan mencapai Bab al-Hawa pada Kamis (9/2/2023).
Bab al-Hawa merupakan satu-satunya penyeberangan perbatasan yang disahkan oleh Dewan Keamanan PBB untuk pengiriman bantuan ke Suriah. Kepala OCHA di Turki, Sanjana Quazi, mengatakan, operasi bantuan lintas batas PBB telah diaktifkan kembali.
“Kami lega dapat menjangkau orang-orang di barat laut Suriah dalam waktu yang mendesak ini. Kami berharap operasi ini berlanjut karena ini adalah jalur kemanusiaan dan satu-satunya saluran yang dapat diskalakan," ujar Quazi, dilaporkan Aljazirah, Kamis (9/2/2023).
Dalam waktu dekat, konvoi truk akan membawa beragam jenis bantuan yang disediakan oleh berbagai badan PBB, seperti pasokan medis dan bahan makanan. Aliran bantuan kemanusiaan untuk sementara terganggu sejak gempa dini hari pertama terjadi pada Senin (6/2/2023). Gempa berdampak terhadap masalah logistik dan kerusakan jalan yang menghubungkan Gaziantep ke pusat transhipment PBB di Hatay.
OCHA pada Rabu (8/2/2023) mengatakan, pihaknya telah mengidentifikasi dua rute alternatif untuk mencapai hub dari Gaziantep, melalui Kilis-Kirikhan dan dari Mersin melalui Adana-Kirikhan.
Kepala organisasi masyarakat sipil Baytna Syria, Assaad Al-Achi, mengatakan, Pemerintah Turki telah mengizinkan bantuan untuk melewati dua penyeberangan tambahan, yaitu Bab al-Salama dan al-Rai. Namun, pejabat OCHA mengatakan, Bab al-Hawa tetap menjadi satu-satunya jalur yang layak untuk bantuan PBB.
Pada 2022, sekitar 600 truk bermuatan bantuan menyeberang dari Turki setiap bulan. Bantuan itu untuk mencapai rata-rata 2,6 juta warga Suriah. Kebutuhan kemanusiaan telah meningkat setelah gempa bumi, yang menewaskan sedikitnya 1.730 orang dan menghancurkan ratusan bangunan di daerah yang dikuasai oposisi.
Badan PBB mengatakan, setidaknya 648 gempa susulan telah dilaporkan. Hal ini mempersulit operasi penyelamatan dan pengiriman bantuan. Menurut Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (AFAD), jumlah total personel SAR di wilayah tersebut adalah 79.110.
"Namun, hanya 5 persen dari lokasi yang dilaporkan di Suriah barat laut yang saat ini dicakup oleh operasi pencarian dan penyelamatan," kata OCHA.
Kurangnya alat berat untuk menyingkirkan puing-puing telah memperumit upaya penyelamatan di Suriah. Termasuk pemadaman listrik karena kekurangan bahan bakar dan kondisi cuaca musim dingin yang mengerikan. Seorang sukarelawan yang bergabung dengan White Helmets di Provinsi Idlib, Ismail Alabdullah, mengatakan, tim penyelamat sangat sedikit dan sumber daya tidak mencukupi.
“Ratusan orang masih berada di bawah reruntuhan. Tapi, kami tidak memiliki peralatan yang cukup untuk mengeluarkan mereka,” kata Alabdullah.
Sekitar 4,1 juta orang di barat laut Suriah membutuhkan bantuan sebelum gempa. Para penyintas gempa berkemah di jalanan dalam suhu beku tanpa bantuan kritis.
Dewan Keamanan PBB pada Januari memilih dengan suara bulat untuk menjaga perbatasan Bab al-Hawa tetap terbuka untuk pengiriman bantuan penting selama enam bulan ke depan. Sekutu Suriah, Rusia, tidak memveto resolusi tersebut. Sebelumnya ada upaya dari Rusia untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan melalui wilayah yang berada di bawah kendali Presiden Bashar al-Assad.
Baca juga : Sulitnya Kirim Bantuan untuk Korban Gempa di Suriah