REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Pemerintah Jerman akan memberikan visa dengan masa berlaku tiga bulan bagi korban gempa di Turki dan Suriah yang memiliki keluarga di Jerman.
Berlin berharap, dengan mempermudah para korban berkumpul bersama keluarganya, hal itu dapat meringankan duka dan kesusahan mereka.
“Ini bantuan darurat. Kami ingin mengizinkan keluarga Turki dan Suriah di Jerman membawa kerabat dekat mereka dari daerah bencana ke rumah mereka tanpa birokrasi,” kata Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser kepada surat kabar Bild, Sabtu (11/2/2023).
Dia mengungkapkan, para korban gempa yang memenuhi syarat, dapat memiliki visa reguler. “(Visa) dikeluarkan dengan cepat dan berlaku selama tiga bulan,” ucapnya.
Faeser mengatakan, lewat kebijakan pemberian visa tersebut, para korban gempa juga dapat menemukan perlindungan dan menerima perawatan medis di Jerman.
Saat ini terdapat 2,9 juta orang asal Turki yang tinggal di Jerman. Lebih dari separuhnya memegang kewarganegaraan Turki.
Komunitas Suriah di Jerman pun cukup banyak. Jumlahnya diperkirakan mencapai 924 ribu orang. Banyak pengungsi Suriah melarikan diri ke Jerman untuk menyelamatkan diri mereka dari kecamuk perang sipil yang kini sudah berlangsung selama 12 tahun.
Mantan kanselir Jerman Angela Merkel mulai membuka perbatasannya untuk pengungsi Suriah pada 2015 dan 2016. Pada 2014, terhitung terdapat 118 ribu warga Suriah di Jerman.
Pada 6 Februari lalu, gempa berkekuatan 7,8 skala Richter mengguncang Turki dan Suriah. Hingga berita ini ditulis, Turki telah melaporkan 21.848 korban jiwa dan lebih dari 80 ribu korban luka.
Sementara korban tewas di Suriah sudah mencapai 3.553 orang. Jumlah korban tewas dan luka diperkirakan masih akan bertambah. Sebab hingga kini proses evakuasi, penyelamatan, dan pencarian korban masih berlangsung.